Bag 7; Poor Jeka's Heart

635 122 12
                                    

Jeka melamun dan menatap bunga yang bakal dikasih ke-Luna. Sekarang bunga Sepatu yang mau Jeka kasihin. Cowok itu sampai pusing sendiri mencari bunga yang berbeda setiap harinya. Jeka tersenyum kecil, ingat kejadian kemarin saat Luna memeluknya. Hangatnya masih kerasa, wangi rambut Luna juga menempel di kepala Jeka. Kenapa Luna bilang gak bisa jauh dari dia ya? Apa Luna suka sama Jeka juga? Jeka mendadak sumringah dan lebih semangat buat yakinin Luna lagi biar segera di terima.

Jeka berkali-kali menatap pantulan dirinya di kaca, memastikan kalau hari ini dia udah ganteng. Kan mau ketemu Luna jadi harus kelihatan keren. Kemudian cowok itu membuka bungkus permen karet kesukaannya.

"Anjir! Y lagi, astaghfirullah". Jeka memasukkan permen karet kedalam mulutnya sambil mencibir. Dari jaman bahulak dia nunggu-nunggu huruf N tapi gak dapet-dapet. Cowok itu lantas mengambil pot yang berisi bunga Sepatu untuk Luna tak lupa mencium wanginya dan tersenyum cerah.

Di lain tempat, Luna sudah berangkat dan menceritakan kejadian kemarin pada Yunarita dan Rinbee tapi dia gak cerita kalau misalnya nerima Jooni karena gak sadar. Biarlah Luna simpan diam-diam, cewek itu gak mau sakitin Jooni yang udah baik sama dia. Yunarita dan Rinbee jelas aja heboh, mereka godain Luna terus dan menagih Pajak Jadian.

"Ciyee... Luna, PJ lah...". Goda Rinbee, Luna malah risih. Dia itu gak seneng kali jadian sama Jooni, tapi kedua sobatnya ini malah terlihat berlebihan.

"Ish... aku kan cuma jadian sama Kak Jooni bukannya nikahan. Ngapain kalian minta pajak segala".

Prang!!!!!

Jeka yang baru saja mau masuk ke dalam kelas mendadak menjatuhkan bunga yang hendak diberikan pada Luna secara reflek. Semua mata langsung mengarah pada Jeka, Jeka yang sadar lantas segera memungut pecahan pot dengan hati yang pedih. Rasanya Jeka mau nangis, tapi malu masa gengster sekolah nangis karena cewek. Luna yang mendadak merasa bersalah langsung bantuin Jeka memungut pecahan pot itu.

"Jeka maaf". Cicit Luna membuat Jeka mendongak. Meski berat, namun Jeka memaksakan untuk tersenyum. Dia gak mau membuat Luna merasa bersalah, cukup Jeka aja yang merasa sakit.

"Selamat ya, semoga kamu bahagia. Saya ikut seneng". Kata Jeka dengan berat hati, cowok itu buru-buru membereskan pecahan pot agar bisa segera melepaskan kesakitan yang ia rasakan.

"Jeka...!". Panggil Luna saat Jeka hendak berlalu, cowok itu berhenti tanpa mau menoleh ke belakang.

"Setelah ini kamu gak akan jauhin saya kan?". Lanjut Luna membuat Jeka menyentuh dada-nya yang sesak. Bagaimana mungkin Luna, Jeka bisa sekuat itu untuk melihat kamu bersama orang lain? Melihat kamu setiap hari tentu saja malah membuat Jeka tidak bisa mengikhlaskan kamu bersama orang lain. Jeka gak jawab apapun, cowok itu berlalu menuju markas geng-nya meninggalkan Luna yang menangis sendirian.

Jeka akhirnya memutuskan untuk menghisap batang rokok yang sama sekali belum pernah ia rasakan. Kata seniornya, menghisap rokok bisa membuat penatnya hilang. Dan Jeka akhirnya percaya karena pikirannya jadi lumayan tenang. Meski awalnya terbatuk-batuk, Jeka mulai menikmatinya. Menghisap dalam dan menghembuskan dengan mata terpejam.

"Kenapa? Suntuk bener". Tanya Jeyhop si kepala suku gangster.

"Gebetan gue di serobot Jooni Bang". Jawab Jeka sambil tersenyum miris. Sedih banget dia udah lama gebet Luna eh jadiannya malah sama Jooni.

"Sadis! Apa perlu kita kasih pelajaran?!". Tawar Jeyhop yang memang memiliki dendam kesumat pada Jooni. Namun Jeka menggeleng dengan tegas.

"Gak perlu Bang! Masalah hati kan urusan masing-masing. Kalau doi bahagia sama Jooni, gue gak masalah". Jawab Jeka tulus tapi miris. Bikin yang denger perkataan Jeka ikut nyesek juga.

Chiclephobia (JJK-JEB)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang