Tujuh

9 8 0
                                    

"Ngapain lo?" Tanya rio

"Seharusnya gue yang nanya, ngapain lo disini sendiri? Dah gitu minum yg gak bener. Lo kenapa?" Tanya rara yang heran dengan apa yang disaksikannya.

"Bukan urusan lo!"

"Emang bukan urusan gue sih. tapi kalau gue bisa bantu, gue mau kok bantu lo. Ya walaupun lo sedikit nyebelin"

"Ini masalah.." belum habis perkataan rio langsung disambar oleh rara.

"Shela" tebak rara.

"Lo kok bisa tau?" Tanya rio heran.

"Siapa lagi sih yang bisa buat lo kayak gini kalau bukan dia." Jawab rara sotoy. "Emang ada apa? Kenapa lo sampai minum MIRAS, gak biasanya lo kayak gini." Sambungnya.

"Lo stalker gue ya? Semua tentang gue hapal bener lo. Kayak udah khatam aja lo jalan hidup gue."

'Gue tu tau semua hal tentang lo rio, gue selalu merhatiin lo. Ya walaupun dari jauh.' Batin rara.

"Haha pede tingkat dewa lo. Ya tau lah, kita kan sekelas." Jawab rara.

"Oo okelah, lo emang nya mau jadi tong sampah gue (tempat curhat)?"

"Dengan senang hati, sesama teman memang sudah sepatutnya saling membantu. Mana tau gue bisa bantu lo" kata rara dengan senyumnya.

'Ya walaupun akhirnya gue harus melihat orang yang gue sayang dengan orang lain dan harus terima kenyataan kalau gue gak akan pernah bersama dengannya' Batin rara.

'Lo emang teman yang baik ra' Batin rio.

"Jadi gini ra blablabla-----" rio menceritakan semua uneg-uneg nya ke rara.

"Oo gitu, ya emang sih kak bima ganteng keren gak heran kalau shela bisa sama dia"

"Lo mah bukannya support gue, malah muji si bima. Kagak asik lo." Kata rio kesal.

"Hehe kidding, gak usah di tekuk-tekuk tu muka ntar luntur make up nya." Canda rara.

"Ntah la ya"

"Sorry la sorry, abisnya wajah lo ketat kali kayak semvak baru. Wkwkwk"

"Hmm_-"

"Jadi mau sampai kapan lo pendam tu perasaan?" Tanya rara yang kini mulai serius.

"Gak tau ra, apalagi setelah kejadian ini. Mungkin emang udah saatnya gue harus pergi dari hidupnya"

"Kenapa gitu?"

"Gue juga udah pernah berjanji pada diri gue sendiri, ketika shela udah bahagia dan kebahagiannya itu bukan bersama dengan gue. Maka gue akan pergi."

"Lo menyerah yo?"

"Bisa dibilang begitu."

"Lo pernah bilang waktu perkenalan didepan kelas kalau cita-cita lo itu mau jadi tentara, bener kan?"

"Iya, emang kenapa?"

"Mudah Menyerah dan Putus asa bukanlah jiwa seorang tentara, mending lo ganti cita-cita aja kalau lo mudah nyerah gini" ucap rara.

"Mau gimana lagi ra, gak mungkinkan gue jadi PHO. Lagian gak ppa jugalah, Asalkan shela bahagia. Bagi gue Yang paling penting tu kebahagian orang yang gue sayang, bukan ego yang gue punya" rio menjelaskan.

"Okedeh yo, lakukanlah apa yang ingin lo lakukan. Karna gue yakin, apapun yang lo lakukan itulah yang terbaik."

"Thanks ya ra"

"Sama-sama yo"

"Eh BTW lo kok bisa nyamperin gue disini?"

"Iya tadi gue mau arah pulang, gue liat lo. Ya gue samperin aja"

"Oo gitu, jadi tadi lo naik apa?"

"Naik taksi"

"Yaudah yok gue antar lo balik, udah malam nih"

"Gak ngerepotin gue?"

"Enggak kok, nyantai aja macam di pantai."

"Oke, capcus"

***

"Maa ara pulang" teriak rara sambil mengetuk pintu rumahnya berulang kali.

"Ehh anak mama udah pulang, sama siapa tu?" Tanya mama rara yang melihat seorang lelaki bersama anaknya.

"Saya rio tan" jawab rio yang kemudian menjulurkan tangannya.

"Oo ini yang namanya rio, tampan ya. Pantes aja ara.." perkataan mamanya langsung dipotong rara.

"Maaa" kata rara menatap mata mamanya penuh arti.

"Oh iya, saya pulang dulu ya tan." Kata rio yang pamit ingin pulang.

"Gak masuk dulu?" Tanya mamanya rara.

"Enggak deh tan, lain kali aja. Gue pulang ya ra, malam ra malam tan." Pamit rio.

"Malam" jawab rara dan mamanya.

Memang rara sering cerita tentang rio ke mamanya, mulai dari kepribadian rio sampai bagaimana perasaan nya ke rio.
Tapi baru kali inilah mamanya rara berjumpa langsung dengan rio.-Bersambung

Jangan lupa votenya dan jangan lupa juga commentnya. Terima saran dan kritik :

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang