3

53 4 0
                                    


(Pelajaran Biologi atau mempelajari cinta?)

Ck! Celaka!

Sandara terlihat panik tentunya, ia pasti akan merasa malu. Karena Sandara sudah berjanji pada dirinya juga Kakeknya, kalau ia tidak akan pernah masuk ruang BP! Setelah ini, apa yang akan terjadi? Sudah pasti ia akan masuk ruang BP.

Rafael terlihat santai dengan mata yang masih menatap wajah Sandara.

“Gak usah grogi deket sama gue.” Ucap Rafael.

“Gue bukan grogi! Gue takut dihukum!”

Rafael menghela nafas pelan.

“Udah, biasa aja kali. Gue aja gak takut dihukum!”

“Lo mah 'kan udah biasa!”

“Yaudah, lo ikut gue.” Ucap Rafael menarik tangan Sandara.

“Eh, mau kemana?” Tanya Sandara bingung, karena Rafael menarik tangannya.

“Kita ke gerbang depan! Masuk lewat sana. Bilang aja kita habis dari fotocopy!.” Ucap Rafael berlari dengan tangan yang menarik tangan Sandara. Sandara hanya pasrah saja.

'Banyak akal!' Batin Sandara.

***

Lihatlah, Rafael menarik tangan Sandara dan mengajaknya untuk berlari bersama menuju gerbang depan sekolah. Mustahil! Bukankah Rafael sangat tidak perduli dengan sebuah hukuman, mengapa saat ini ia menolong Sandara hanya demi menyelamatkan Sandara dari sebuah hukuman. Entahlah.

Namun, Rafael malah mengajak Sandara untuk berhenti sebentar, tepat di fotocopy.

“Bang, gue fotocopy yang ini tiga lembar..” Ucap Rafael pada penjaga Fotocopy.

“t-t-a-a... Tapi..” ucap si penjaga toko.

“udah gak usah banyak tapi-tapian, nanti gue bayar!” jelas Rafael.

“Eh, lo bisa gak sih gak terlalu cetus!” Ucap Sandara seraya melepaskan genggaman tangan Rafael.

“lo mau terhindar dari hukuman guru 'kan? Yaudah ikutin apa yang gue intruksiin..” ucap Rafael pada Sandara. Si Tukang penjaga fotocopy itu hanya melihat Rafael dan Sandara aneh, seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“kalian jangan berantem terus, nanti cinta lho..” sindir seseorang.

Sandara hanya berdecak kesal, sementara Rafael hanya meminta si penjaga fotocopy melaksanakan tugasnya. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, jika Sandara akan mengenal sosok Rafael yang angkuh dan rumor tentangnya yang begitu buruk. Memang, Wajah Rafael memanglah sangat tampan dan mampu memikat hati para kaum hawa warga sekolah, bahkan keberadaannya kini menjadi murid populer di sekolah, bukan karena prestasi ataupun kebanggaan organisasi sekolah, melainkan karena perilaku buruknya yang suka tawuran.

“nih udah jadi fotocopy nya.” ucap si penjaga fotocopy memberikan tiga lembar kertas, yang entah itu kertas berisi tulisan apa.

“oke, nih uangnya.” ucap Rafael memberikan sejumlah uang pada si penjaga fotocopy itu.

Tanpa pikir panjang, Rafael menarik tangan Sandara lagi menuju gerbang sekolah. Sandara hanya pasrah saja, padahal banyak umpatan dalam hati Sandara. Ingin rasanya Sandara mempercepat waktu enam bulan kedepan, agar ia terbebas dari Rafael.

“lo abis fotocopy apa?” tanya Sandara.

“gue gak tahu ini kertas fotocopy apa, yang penting tuh kita ada bukti kalau kita habis dari fotocopy, jadi lo gak usah takut! Karena guru-guru juga pada takut sama gue!”

Dia Bukan Pelacur (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang