Part 18 : J A D I A N
“Dalam kasus gue, perasaan cinta adalah perasaan kepo yang berlebihan. Terlalu ingin tahu banyak tentang orang yang kita suka. Itu yang terjadi dalam kasus gue. Gue selalu punya rasa kepo yang berlebihan untuk mengulik segalanya tentang lo. Itu tandanya, gue cinta sama lo.” Ucap Rafael amat sangat serius seraya meletakkan sesuatu di telapak tangan Sandara. Yap, Sebuah kotak musik yang cantik.
“Lo beneran cinta sama gue?”
“Iya, gue cinta sama lo. Dan gue mau lo jadi pacar gue.” Jelas Rafael.
“Pacar?”
DEG!
Sandara terdiam sejenak. Apa yang harus Sandara katakan pada Rafael? Menerima Rafael sebagai kekasihnya atau malah menolaknya. Sebuah dilema bagi Sandara, tak dapat ia pungkiri pun kini sang pemilik detak jantungnya adalah RAFAEL. Hanya Rafael-lah yang mampu mendetak-kan jantung Sandara bernada cinta dengan kecepatan yang lebih cepat dari detak biasanya. Hanya saja Sandara tidak mampu mengartikan detak jantungnya itu saat berada di dekat Rafael. Lihatlah, kini Sandara hanya diam tanpa memberikan sebuah jawaban untuk Rafael.
“San? Kenapa lo diem? Oke, gue gak maksa lo buat jawab sekarang. Tapi, plis, tolong ngertiin perasaan gue kali ini aja. Gue suka sama lo. Bukan rasa suka biasa. Tapi ini lebih dari sekedar rasa suka.” Ucap Rafael menatap Sandara serius. Sandara terlihat masih bungkam tanpa mengeluarkan suara dan sepatah kata pun. Nampaknya Sandara terlihat sangat bingung. Entahlah.
Rafael menghela nafas pelan.
“San, kenapa masih diem? Gue gak maksa lo buat jawab sekarang kok. Yaudah kalau gitu, gue cabut dulu. Mungkin lo butuh waktu sendiri buat mikirin jawaban yang pas buat gue.” Ucap Rafael, tersenyum tipis. Lalu Rafael pun melangkahkan kaki untuk berlalu meninggalkan Sandara.
DEG!
Sandara masih terdiam, memperhatikan Rafael yang hendak berlalu meninggalkannya. Hei, lihatlah, baru beberapa langah Rafael melangkah. Sandara memanggil Rafael.
“Raf?” Panggil Sandara.
Rafael menoleh. “Iya?”
“Lo bisa gak sih nembak di tempat yang romantis, gitu? Kenapa harus di belakang sekolah kayak gini? Lo bener-bener gak romantis tahu gak!” Ucap Sandara, Rafael terdiam dengan wajah coolnya.
“Sorry, San. Gue emang bukan cowok romantis. Gue lebih suka ngungkapin perasaan gue secara natural. Ini diri gue, dengan segudang sikap cueknya. Akan selamanya gue jadi diri gue sendiri, lebih natural aja. Tapi lo tenang aja, walaupun gue cuek, tapi kalau sama lo, gue gak bisa cuek.” Ucap Rafael santai, kemudian Rafael pun membalikkan badannya lagi dan kembali melangkahkan kakinya untuk berlalu.
“Raf?” Panggil Sandara lagi. Rafael pun menghentikan langkahnya, namun Rafael tidak membalikkan badannya, menoleh juga tidak.
“Gue mau jadi pacar lo!” Jelas Sandara.
DEG. Dengan segera Rafael membalikkan badannya kembali ke arah Sandara. Detik kemudian Rafael tersenyum kemenangan. Nuansa hati Rafael seketika berubah seperti sedang dalam musim berbunga. Rafael pun kembali menghampiri Sandara.
“Lo serius nerima gue?”
“Iya, Raf. Gue serius.”
Kemudian, Rafael kembali tersenyum. Sontak, Rafael pun hendak memeluk Sandara, namun tangan Sandara menahan dada bidang Rafael agar tidak memeluknya. “Ini sekolahan. Lo gak boleh peluk gue.” Ucap Sandara.
“So-sorry. Gue kesenengan. Makasih, ya, San. Lo udah buat semua khayalan gue selama ini jadi kenyataan. Karena emang cuma jawaban--iya--dari lo bikin semua khayalan gue jadi kenyataan. Detik ini juga kita resmi jadian.” Ucap Rafael dengan senyum yang terus mengembang dibibirnya.
“Iya, Raf, tapi ada syaratnya.” Ucap Sandara memberikan satu syarat pada Rafael.
“Syarat? Apa syaratnya?”
“Kita backstreet.” Jelas Sandara.
“Oke. Gue terima syarat lo. Karena menurut gue juga buat apa ngumbar-ngumbarin. Karena cinta gak perlu diumbar-umbar. Cukup dirasain, pake hati. Detik ini, gak ada lo atau pun gue lagi. Tapi KITA.” Jelas Rafael menggenggam tangan Sandara.
“Yaudah, kita pulang, yuk. Biar gue anter sampai tujuan. Kalau perlu gue ajak lo menari-nari bersama bintang di atas langit sana. Kayaknya itu lebih indah, deh.” Ajak Rafael, masih tetap dengan bibir yang tersenyum.
“Idih, emangnya bisa?”
“Bisalah. Itu kan salah satu mimpi gue.”
“Dengan cara apa lo bisa ngewujudin mimpi lo yang tinggi itu? Em?” Tanya Sandara.
“Gampang kali. Kalau lo mau ngewujudin mimpi lo, cukup dengan tidur, pasti mimpi lo terwujud. Karena mimpi hadirnya pas saat tidur.” Ucap Rafael terkekeh, Sandara terlihat tersenyum tipis seraya menggeleng-gelengkan kepala. Lalu Sandara sedikit memukul bahu Rafael.
“Lo resek, yak!” Ucap Sandara sembari memukul pelan bahu Rafael.
“Ih, lo udah berani mukul-mukul gue, yak? Gue laporin juga nih, dengan pasal KDRT.” Ucap Rafael dengen nada mengejek.
“Dih, KDRT apanya? Kita belum rumah tangga kali.” Jelas Sandara.
“Oh, jadi lo ngode nih. Mau berumah tangga sama gue? Iya? Em?” Ucap Rafael menggoda, Sandara terlihat menahan sipu. Namun tak dapat dipungkiripun kini pipi Sandara terlihat seperti warna kepiting rebus yang siap santap. Uh! Merah merona.
“Ih apaan, sih!”
“Ciee merona.” Ledek Rafael.
“Apa, sih, Raf.”
“Gue gak nahan lihat pipi lo yang pink merona gitu, gemes tahu gak? Gemes pengen nyium.” Ucap Rafael santai dan terkekeh pelan.
“Rafael..!” Ucap Sandara sambil mencubit perut Rafael. Rafael terkekeh renyah begitu saja.
“Ah, San, lo tenang aja kali. Gue gak bakal ngapa-ngapain lo. Gue baru berani ngapa-ngapain lo kalau udah halal; lo jadi istri gue.” Ucap Rafael terkekeh.
“Rafael! Kita kan masih kecil. Kenapa pikiran lo sejauh itu?” Tanya Sandara.
“Idih, kita udah gede kali. Udah SMA. Kalau perlu lulus SMA nanti, gue bakalan lamar lo, deh.” Ucap Rafael santai.
“Uh, bisa gilak gue lama-lama kayak gini.” Gumam Sandara pelan.
“Yaudah, San. Kita pulang aja, yuk. Sekolah udah mulai sepi. Biar lo gue anter pulang. Oke, sayang.” Ucap Rafael menggandeng tangan Sandara. Sandara diam, saat Rafael menarik tangannya pelan menuju ke parkiran sekolah.
Tak pernah terbayangkan.
Tak pernah terbayangkan memang, oleh Sandara, bahwa ia akan memacari cowok yang saat ini sedang populer di SMA Cemerlang ini. Cowok dengan semua rumor buruk; suka tawuran, suka berantem, dan seribu sikap cueknya. Meskipun begitu, Rafael selalu menjadi sorotan dan menjadi idola; karena fisiknya yang nyaris sempurna, dan wajah yang tampan nan rupawan, gayanya yang cool mampu membuat para gadis lupa diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bukan Pelacur (END)
Genç Kız Edebiyatı(Completed!) (FanfictionSMASH-cerita yang gue tulis beberapa tahun lalu, ketika gue masih berproses)