Part 12 : Ganteng yang tertunda.
Lalu, dengan santainya Rafael memasuki ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), karena sebelumnya Rafael bergegas untuk membeli obat vitamin lambung di apotek terdekat. Vina, Ratna dan Sri terlihat menganga sempurna dibuatnya, Rafael tersenyum santai seraya memberikan obat vitamin lambung pada Sandara. Sandara hanya terlihat aneh, heran, mengapa Rafael memperlakukannya sangat spesial.
“Udah aku peringatin, kan? Kenapa masih nolak air mineral yang aku kasih? Yaa, aku bukan peramal, sih, yang tahu kalau kamu bakalan pingsan, cuma aku selalu berpikir, dan takut kalau kamu sampai kenapa-napa.” Ucap Rafael memberikan sebutir obat vitamin lambung dan segelas air mineral pada Sandara.
“Gilak! Rafael ngomong aku-kamu sama Sandara. Njir.” Bisik Vina pada Ratna.
“Gue yakin mereka pasti ada apa-apanya.” Bisik Ratna, Sri yang melihat Rafael memperlakukan Sandara sangat manis itu hanya mampu membulatkan mata sempurna dan tidak berkedip untuk beberapa detik.
“Kalian kenapa bisik-bisik? Gak usah heran kali. Dan jangan berpikir kejauhan, gue ngasih perhatian lebih ke Sandara itu bukan berarti kita ada hubungan. Yaaa walaupun emang gak ada hubungan apa-apa, tapi gue cuma lagi menyampaikan rasa peduli gue sama Sandara.” Ucap Rafael santai, sementara Vina, Ratna dan Sri hanya menelan ludah kasar, ini benar-benar mengejutkan.
Lihatlah, Sandara terlihat memasang wajah heran, dan berusaha untuk memahami sikap Rafael. Berulang kali Sandara mengisyaratkan pada Rafael, agar Rafael tidak terlalu menunjukkan rasa pedulinya dihadapan teman-temannya.
Rafael menghela nafas pelan saat melihat ekspresi Vina, Ratna dan Sri. Kemudian Rafael mengubah posisinya menjadi duduk di kursi yang terdapat di ruang UKS ini.
“Yaudah, San. Gue, Vina dan Sri mau pamit keluar dulu. Sorry, gue takut ngeganggu kalian.” Ucap Ratna, ekspresi Ratna berubah menjadi datar pada Sandara.
“Lo mau kemana, Rat, Vin, Sri?” Tanya Sandara.
Namun, ketiga teman Sandara itu tidak menggubris pertanyaan Sandara. Nampaknya ketiga teman Sandara itu merasa cemburu karena Rafael begitu perhatian pada Sandara, bahkan Rafael memberikan perhatian yang lebih untuk Sandara. Sandara merasa tidak enak hati dengan ketiga temannya yang mengaggumi sosok Rafael. Lihatlah, kini yang tersisa di ruang UKS hanya Rafael dan Sandara.
“Udah gue peringatin juga kan? Lo itu banyak fans di sekolah ini, semua temen gue juga pada ngefans sama lo, gue gak enak sama mereka kalau lo terus-terusan ngasih perhatian lebih ke gue. Gue gak butuh perhatian lo, Raf.” Tegas Sandara, Rafael hanya menghela nafas pelan.
“Kamu gak usah ngerasa gak enak sama mereka. Kamu gak ngerti, San. Kamu gak pernah ngerti dengan apa yang aku rasain ke kamu.” Ucap Rafael dengan nada yang sangat meyakinkan.
“Tapi lo lihat sendiri kan? Mereka cuekkin gue!” Tegas Sandara.
Sementara Rafael malah menatap lurus Sandara, lalu perlahan Rafael mendekati Sandara, Sandara terlihat heran, wajah Rafael terlihat serius.
“Raf? Lo ma-mau ngapain?” Ucap Sandara merasa sedikit takut saat Rafael mendekati wajahnya.
“Aku suka sama kamu!” Ucap Rafael pelan namun tegas, mata Rafael begitu lurus menatap Sandara. Sandara hanya mampu terdiam seraya melihat tatapan Rafael yang sangat serius.
“Su-suka?” Ucap Sandara terbata-bata.
DEG. Tiba-tiba degub jantung Sandara berdetak lebih cepat, merasakan sesak dalam dadanya, Rafael memang sangat tampan, Rafael cowok cool, Rafael jago berantem, Rafael adalah cowok gentle, banyak di luar sana yang menganggumi sosoknya yang tampan namun santai itu. Rafael dengan sejuta sifat cuek-nya itu ternyata mampu menaruh hati pada seorang gadis, bahkan selama ini tidak ada yang menyangka kalau Rafael memberikan perhatian lebih terhadap Sandara, maka dari itu Sandara lah gadis pertama yang membuat Rafael sedikit demi sedikit menghilangkan sifat brutalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bukan Pelacur (END)
ChickLit(Completed!) (FanfictionSMASH-cerita yang gue tulis beberapa tahun lalu, ketika gue masih berproses)