(Aku ganteng?) - Part 10
“Perempuan itu harus dijaga! Bukan dirusak. Ibarat gelas kaca yang kamu genggam, lalu kamu jatuhkan sampai pecah, selamanya gelas kaca itu gak bakalan balik ke semula.” Ucap Rafael menatap Sandara lurus, dengan posisinya yang menyandar pada tembok.
Sandara diam, dan mulai mencerna apa yang dikatakan Rafael itu adalah pengibaratan yang simple namun benar adanya. Sandara semakin menerka-nerka dengan sikap Rafael yang ternyata memiliki sifat lembut dan bijaksana, namun penampilannya justru tidak selaras dengan sifat aslinya, ternyata Sandara salah menduga, awalnya Sandara mengira kalau Rafael adalah pemuda yang sangat buruk.
“Ada yang mau aku tanyain sama kamu.” Ucap Rafael, meskipun jarak diantara keduanya cukup jauh, sekitar satu setengah meter, namun Rafael bertahan dalam posisinya yang bersandar pada tihang tembok dengan tubuh yang mengarah pada Sandara dan tatapannya yang lurus itu juga mengarah pada Sandara, sementara posisi Sandara berada di ujung teras dengan kedua tangan yang ia letakkan di pagar setinggi pinggangnya itu.
“Mau tanya apa?” Ucap Sandara menoleh kearah Rafael, karena sebelumnya pandangan Sandara terfokus pada tanaman hias yang ada dihadapannya.
“Tentang seseorang yang berarti dalam hidup aku.” Ucap Rafael
“Siapa?”
“Bisma Karisma, adikku.” Jelasnya, lalu Sandara hanya mampu menyerngit, mengapa Rafael berbicara seperti itu, lantas apa yang akan Rafael tanyakan pada Sandara ?
“Kenapa? Apa yang mau lo tanyain soal Bisma ke gue?” Tanya Sandara.
“Apa kamu kenal Bisma?” Ucap Rafael berbalik bertanya, Sandara seperti tidak paham mengapa Rafael bertanya seperti itu padanya.
“Bisma yang lo tunjukkin fotonya itu? Gue gak kenal, Raf, ketemu aja belum pernah, lagian mukanya juga asing banget buat gue. Kenapa? Kok lo sampai nanyain kayak gitu ke gue?” Ucap Sandara.
“Ya, gapapa, aku cuma nanya aja. Seperti yang aku ceritain ke kamu, tentang Bisma yang sudah merelakan hidupnya untuk aku, dia donorin mata serta jantungnya untuk aku. Kronologisnya adalah pada waktu itu, aku melihat Bisma sangat frustasi melebihi apapun, padahal dia adalah orang yang sangat ceria, bahkan dia adalah seorang penulis puisi yang berbakat, dia adek aku yang paling ceria, usia kita terpaut tiga tahunan, aku lebih tua pastinya. Lalu, pada saat aku menemukan dia dalam keadaan frustasi, aku memintanya agar dia bercerita dan berbagi kepahitannya sama aku, tapi, saat itu emosinya sedang naik gak bisa dikendalikan. Kamu tahu, kenapa sampai dia mendonorkan mata dan jantungnya ke aku? padahal aku itu sama sekali gak ada riwayat sakit apapun.” Ucap Rafael berunjung dengan melontarkan sebuah pertanyaan.
Sandara menggelengkan kepala tidak tahu, “apa?”
“Ketika itu, dia yang berdiri di atas tebing yang terdapat jurang dibawahnya, dia nyaris loncat dan mengakhiri hidupnya, dia begitu frustasi, dengan segera aku berusaha untuk menyelamatkannya, tapi setelah berhasil aku menariknya, justru malah aku yang jatuh ke jurang itu, terpeleset. Aku terluka dibagian mata, dan dada sebelah kiri yang sedikit tergores ranting-ranting tajam dalam jurang, cukup parah lukanya. Ini seperti lucu, aku menyelamatkannya, lalu dia malah balik menyelamatkanku dengan mendonorkan mata dan jantungnya untukku.” Ucap Rafael seolah mengingat kejadian pahit masa lalu-nya. Sandara terlihat seperti seorang pendengar yang baik, ia mendengarkan setiap detail penjelasan Rafael.
“Apa yang menyebabkan dia frustasi, Raf?”
Sandara melontarkan pertanyaan, lalu Rafael menghela nafas pelan dan berusaha menjelaskan sampai Sandara mengerti.
“Yang menyebabkan dia sefrustasi itu adalah; seorang gadis yang dia sayang, malah memilih menjadi seorang pe la cur!” Jelas Rafael. Sandara hanya membulatkan matanya sempurna, terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bukan Pelacur (END)
ChickLit(Completed!) (FanfictionSMASH-cerita yang gue tulis beberapa tahun lalu, ketika gue masih berproses)