5

38 3 0
                                    

(Pelangi Abu-Abu) - Part 05

“Gue emang bukan cowok yang romantis seperti yang ada di sinetron, gue gak bakal ngasih jaket gue ke elo, karena gue juga kedinginan. Mungkin dengan cara gue meluk lo dari belakang akan membuat lo sedikit hangat.” Bisik Rafael pada telinga kanan Sandara.

Tinggi badan Sandara hanya sebatas dagu Rafael, membuat Rafael leluasa memberikan kehangatan untuk Sandara. Aroma maskulin dari jaket Rafael tercium sangat jelas oleh Sandara. Sandara hanya diam, ia tak tahu harus berbuat apa, sikap Rafael saat ini jauh lebih romantis dari karakter cowok dalam sinetron ataupun novel yang pernah ia tahu. Keadaan seperti mendukung, karena hujan semakin lebat ditambah lagi di halte tersebut hanya terdapat Rafael dan Sandara yang kini terpaku pada pandangan yang mengarah pada jalan raya yang ramai kendarahan berlalu lalang.

'Hujann kali ini berbeda' batin Rafael.

DEG. Seketika Sandara tersadar, dengan segera ia melepaskan pelukan Rafael, dan beralih duduk di bangku yang terdapat di halte tersebut.

“Lo jangan macem-macem sama gue, ya?” Ancam pelan Sandara, Rafael hanya tersenyum kecut.

“Yaelah, santai aja kali. Ini tempat umum, mana mungkin gue macem-macem. Meskipun emang gue ini urakan dan nakal, tapi gue gak berani macem-macem sama perempuan. Gue sangat menghargai perempuan, apalagi perempuan baik kaya lo.” Ucap Rafael ikut duduk di sebelah Sandara. Namun, Sandara memberikan jarak semeter diantara keduanya.

“Gak usah ngejauh kali, dan gak usah takut juga sama gue, gue gak bakalan gigit! Gue bukan vampire! Gak usah takut kayak gitu, gue bukan hantu. Ya kali ada hantu seganteng gue.” Sambung Rafael tersenyum miring, namun Sandara terlihat cuek saja. Sandara berharap hujan segera reda, agar ia bisa mempercepat waktunya bersama Rafael.

“Yaaah, kok ujannya makin gede ya.” Eluh Sandara tanpa memperdulikan ucapan Rafael. memang hujan kini semakin deras, cuaca terasa seperti musim salju, hawa dingin menembus tulang.

“Ah, ujung-unjungnya gue harus relain jaket gue.” Ucap Rafael membuka jaketnya sejenak. “Nih, pake aja.” Sambung Rafael seraya memberikan jaketnya pada Sandara. Sandara menoleh kearah Rafael.

“Gak perlu, kalau gak iklas!” Ucap Sandara.

“Cuek banget, sih.” Ucap Rafael menghela nafas pelan. Sandara tidak mengambil jaket Rafael, sementara Rafael pun tidak memakainya kembali.

“Gak apa-apa kok di cuekin. Gapapa banget! Tapi jangan nyesel ya kalau lo udah nyia-nyiain kebaikan seorang Rafael Nazar, yang gantengnya kebangetan.” Ucap Rafael santai seraya menyandarkan tubuhnya di ujung kursi.

“Idih, lo PD ya! Yaudah mending lo pake aja jaket lo, lo kedinginan 'kan? Pake lagi aja, gue mah udah biasa kayak gini.” Ucap Sandara, Rafael hanya tersenyum tipis.

“Sebagai cowok yang jantan, gue gak bakal pake jaket ini kalau lo juga gak pake jaket. Biarin aja kita kedinginan kayak gini, biar adil.” Ucap Rafael, berhasil membuat Sandara kembali menoleh kearah Rafael.

“Udah berapa cewek yang lo rayu dengan rayuan basi kayak gitu? Dan Jangan coba ngerayu gue, ya? Gue gak mempan di rayu!” Ucap Sandara, Rafael kembali tersenyum miring mendengar kalimat Sandara.

“Emang lo pernah ngelihat gue ngerayu cewek ya?” Ucap Rafael tersenyum santai dengan sedikit menggelengkan kepala, Sandara hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Sandara kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Rafael.

Ya, selama ini memang seorang Rafael Nazar tidak pernah terdengar rumor kalau dirinya sedang dekat dengan seorang perempuan, satu perempuan pun tidak. Kisah asmaranya tidak terlalu menonjol, yang menjadi kabar terhangat seputar tentang Rafael Nazar adalah siswa yang bandel, suka tawuran, dan tidak naik kelas selama dua tahun berturut-turut. Sandara kemudian memilih untuk diam saja, dalam hatinya ia terus berharap supaya hujan cepat mereda.

Dia Bukan Pelacur (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang