19

17 1 0
                                    

Part 19 : Bully dan Peduli.

“Terus sekarang Rafael harus apa?”

“Tugas kamu sekarang itu; harus jagain Sandara dari bullyan semua temen-temennya, Raf. Lukisan sketsa wajah yang bertuliskan Dia Bukan Pelacur itu, sebenarnya memang ada sangkut pautnya sama Sandara. Tapi ada hal yang harus kamu tahu, lukisan tersebut bukanlah Sandara, bukan juga kembarannya. Tapi...,” Ucapnya menggantung.

“Tapi apa, tan?” Ucap Sandara.

DEG!

Rafael pun menoleh ke arah Sandara.
“Sandara?!” Pekik Rafael.

Dengan langkah pasti, dan pandangan yang begitu serius dan lurus itu, Sandara menghampiri Rafael dan ibunya tersebut. Apa yang sebenarnya yang dibicarakan oleh Refa--ibundanya Rafael--itu, mengapa ia seolah tahu banyak tentang sketsa dan segalanya rahasia yang selalu membuat Sandara bingung. Mungkinkah Bisma sering bercerita banyak tentang itu pada ibunya.

“Tapi apa, tan?” Tanya Sandara mengulang.
Refa terlihat diam membisu, namun tenang biasa saja. Pandangan Refa hanya fokus pada Sandara yang terlihat dengan wajah serius.

“Ada hal yang perlu kamu tahu.” Jelas Refa.
“Apa, tan?” Ucap Sandara.

Refa menghela nafas pelan. Sementara Rafael terlihat seperti bingung. Apa yang sebenarnya yang sedang dirahasiakan oleh Refa--ibunya Rafael--tentang semuanya yang menyangkut Bisma Karisma, termasuk dengan sketsa wajah dalam toples bertuliskan 'dia bukan pelacur'. Kini, Rafael dan Sandara seolah menunggu penjelasan yang akan terlontar dari mulut Refa.

“Mah? Apa yang sebenarnya mamah sembunyiin?” Tanya Rafael pada ibunya itu.

“Maafkan mamah, Raf. Sebenarnya mamah sembunyiin rahasia ini sudah lama. Mamah gak tahu lagi harus dari mana menjelaskannya. Yang jelas; lukisan wajah mirip Sandara itu bukanlah Sandara, ataupun kembarannya.” Jelasnya.

“Lalu? Siapa sebenarnya pemilik wajah dari skestsa tersebut? Mengapa wajahnya mirip dengan aku, tan?” Tanya Sandara intens.

“Ataukah itu ibu aku?” Sambung Sandara dengan wajah yang sangat serius.

Refa lagi-lagi menghela nafas pelan.
“Bukan ibumu, nak.” Jelas Refa.

Teka-teki!

Rafael dan Sandara seolah dibuat kebingungan dengan penjelasan yang terlontar dari mulut ibunya Rafael itu. Kalau bukan kembaran atau ibunya Sandara, lalu sketsa wajah siapa yang bertuliskan 'dia bukan pelacur' itu? Ini teka-teki, bak rangkaian puzzle yang membingungkan. Jika seandainya Bisma masih hidup, mungkin ia akan mampu menjelaskannya secara terperinci dan detail.

Tes! Airmata Refa menetes, terjun bebas membasahi pipi. “Mamah menyesali atas kepergiannya Bisma.” Ujarnya.

“Apa yang mamah sesali? Plis mah, tolong jelaskan sejelas-jelasnya, jangan buat Rafa bingung.” Ucap Rafael.

“Dulu, mamah ngajak Bisma ke pasar, dan Bisma seperti jatuh cinta dengan gadis penjual bunga diujung pasar. Gadis itu cantik, manis dan baik. Tapi, mamah sangat bersalah. Mamah terlalu menyangkut pautkan gadis itu dengan masa lalu mamah. Hingga mamah melarang Bisma untuk dekat apalagi sampai berkenalan dengan gadis tersebut.” Lirih Refa.

“Masa lalu?” Tanya Rafael.

“Penjual bunga diujung pasar?” Tanya Sandara. “Berarti Bisma jatuh cinta sama aku?” Tanya Sandara.

“Apa? Berarti benar itu sketsa wajahnya Sandara? Tapi kenapa ada tulisan 'dia bukan pelacur'. Mamah kenapa sih bikin Rafa bingung kayak gini. Apa yang sebenarnya terjadi? Tolong mah, plis jelaskan semuanya. Biar semuanya jelas.” Ucap Rafael.

Dia Bukan Pelacur (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang