17

21 1 0
                                    

Part 17 : Cinta is Kepo.

Namun tak lama, Rafael pun datang. Semua siswi yang terdapat di kantin ini hanya menganga dan terpelongo karena terpesona dengan ketampanan Rafael. Rafael berjalan santai dengan mengusap rambutnya kebelakang. Rafael duduk di sudut kantin ini dengan beberapa teman-teman barunya. Mengapa? Mengapa Rafael tidak lagi ke kantin luar sekolah? Bukankah Rafael selalu pergi ke kantin luar sekolah, untuk merokok dan mengopi ria bersama teman-teman bad nya. Entahlah.

“Gilaak! Rafael ganteng.” Ucap Ratna.

“Bangett..” Sambung Vina.

“Sms aja sms cepetan. Siapa tahu dia ngebales.” Ucap Sri menyuruh Ratna untuk segera melayangkan pesan singkat ke nomer Rafael.

“Iya, ini baru mau gue ketik sms-nya.” Ucap Ratna, jemari Ratna menari-nari di atas layar senyuh ponselnya.

'Mati gue. iPhone-nya Rafael kan ada sama gue.' Batin Sandara.

DEG!

Tiba-tiba Udin pun menghampiri Sandara, Ratna, Vina, dan Sri. Udin pun duduk disamping Vina. Membuat Vina sedikit menggeser duduknya, berusaha menjauh dari Udin.

“Vin kemarin lusa maaf ya, gue gak jadi mamingan ke rumah lo. Biasa urusan mendadak.” Ucap Udin, Namun Vina menyerngit tak mengerti. Semua teman-teman Vina pun meledeknya 'ciee'

“Apaan sih lo, Din. Mau lo ke rumah gue kek, mau enggak kek. Ya bukan urusan gue! Emangnya lo pacar gue apa? Bukan 'kan? Kalau pun lo gak bisa hidup tanpa gue, gue gak akan pernah peduli sama lo, Din. Iyyuh.” Jutek Vina, dengan wajah seperti menahan muntah dan menggidik jijik.

“Yaelah, Vin. Lo jutek banget sih sama gue. Walaupun emang gue cinta sama lo. Tapi gue masih hidup tanpa lo, kok. Gue itu cuma gak bisa hidup tanpa nasi dan air minum. Realistis aja.” Ucap Udin Santai.

“Idih realistis. Muka lo tuh mistis!” Jutek Vina.

“Lo gak boleh jutek-jutek, Vin. Nanti lama-lama lo suka lhoo sama Udin.” Ledek Ratna.

“Ih apaan sih, Rat!”

“Yaudah deh lo sana-sana! Ganggu kita aja deh!” Usir Vina pada Udin, Namun Udin malah tetap saja bertahan dengan posisinya yang duduk disamping Vina.

“Izinin gue kali ini aja buat ngerumpi bareng kalian, napa sih!” Ucap Udin.

“Lo cowok Din, yakali lo mau ngerumpi bareng kita. Karena kita lagi ngerumpiin Rafael. Noh lihat dia, cakep yaa Rafael.” Ucap Sri, diam-diam menunjuk ke arah Rafael yang tengah duduk di sudut kantin bersama teman-temannya.

“Njir. Yaudahlah kalau gitu gue cabut aja dah. Malesin kalau harus bahas Rafael. Kalau boleh saranin nih, kalau boleh aja nih, ya, mending lo semua pada buka infotaiment deh. Gosip mulu kerjaannya. Kalau perlu isi beritanya jangan Rafael mulu kenapa, gue gitu kali-kali. Gue kan lebih manis dari pada Rafael. Iya gak, Vin?” Ucap Udin dengan santainya, menaik turunkan alisnya sebelah, dengan pandangan yang mengarah pada Vina. Namun Vina terlihat menggidik jijik.

“Pergi lo jauh-jauh! Najis tahu gak!” Jutek Vina. Namun Udin tersenyum menggoda.

“Ciee yang najis. Tahu gak kepanjangan najis itu apa? Naksir JIwa Saya. Ciee kamu naksir aku.” Ucap Udin, yang lain pun tertawa termasuk Sandara. Sementara Vina terus-terusan menggidik jijik.

“Uddiiinnn!!” Teriak Vina. Sontak, Udin pun langsung lari terbirit-birit. Detik kemudian, Vina berusaha untuk mengontrol nafasnya. Huh.

Kembali, kini Ratna, Sri dan Vina membicarakan tentang ketampanan dan kepopuleran Rafael di sekolah ini. Seakan tidak ada habisnya jika harus membicarakan tentang Rafael. Sementara Sandara terlihat bingung setengah mati.

Dia Bukan Pelacur (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang