Part 20 : Cinta itu kadang munafik.
“Gini, Ham. tadi pas dijalan gue ketemu sama cewek nyender deket pohon, dia ketawa-ketawa gak jelas, gue tanya aja; neng ada yang lucu yak, kok ketawa terus, abang ikutan dong. Eh, pas ngebalik, wajahnya ancur, man. pucet. Eh tuh cewek malah terbang. Apalagi kalau bukan kuntilanak? Terus gue pipis di celana. Terpaksa gue harus balik dulu ke rumah, ganti celana. Lo kan tahu sendiri, gue kalau dandan itu sejam dua jam kayak cewek. Uh!” Celoteh Udin.
“Oh gitu.”
“Ini kenapa sih? Mukanya pada tegang gitu?” Tanya Udin.
“Emang gak ada WA ke elo, Din. Sumpah gue gak nyangka sama Sandara. Coba lo cek WA lo.” Ucap Yuda.
Udin pun merogoh ponselnya disaku celananya. Alhasil, Udin terkejut setengah mati dibuatnya, mulutnya mengaga sempurna.
“Video?!” Pekik Udin.
DEG!
“Sandara dibelakang sekolah sama Rafael?” Pikir Udin. Semuanya diam.
Apa isi video tersebut? Mengapa Udin mengatakan kalau isinya adalah Sandara bersama Rafael dibelakang sekolah? Entahlah. Mungkin ketika Rafael dan Sandara berada dibelakang sekolah, saat Rafael mengutarakan isinya pada Sandara, dan menjadikan Sandara sebagai kekasihnya. Bahkan Rafael pun memberikan ponsel pada Sandara. Uh! Disana Ratna terlihat begitu kesal, dia memasang wajah penuh kebenciaan sesaat setelah menonton video tersebut.
“Munafik!” Maki Ratna.
“Bilangnya gak mau, tapi ternyata dia jadian juga sama Rafael. Sandara munafik!” Timpal Sri.
“Udahlah. Emangnya lo berdua gak pernah munafik apa tentang masalah romansa picisan kayak gini? Lo bilang gak suka, tapi nyatanya lo suka. Lo bilang suka, tapi nyatanya lo gak suka. Lo pernah ada diposisi kayak gitu kan? Udah biasa bagi gue, sih.” Sambung Vina.
Ratna memutarkan bola matanya, tanda tak suka. Sementara Sri terlihat berdecak kesal. Entahlah, apa yang akan terjadi dengan persahabatan Ratna dan Sandara, bukankah mereka adalah teman sebangku yang akrab.
Selama ini Sandara berusaha semaksimal mungkin menjadi murid yang lebih banyak diam dari pada bergaya seperti teman-temannya, karena ia lebih tahu diri dengan keadaan atau kondisi kehidupannya yang memang hidup dalam keluarga yang pas-pasan. Terlebih, Sandara hanyalah anak pungut.
Sementara kini kehidupan Sandara seolah berubah drastis saat si bandel Rafael datang dalam lembaran cerita kehidupannya. Awalnya Sandara diberi tugas oleh guru untuk memberikan pelajaran tambahan pada murid bandel yang sudah dua tahun tidak naik kelas, ya, Rafael. Sandara dipercayai oleh guru-guru, karena Sandara adalah murid yang berprestasi dikelasnya. Bahkan nilai matematika Sandara selalu mendapatkan nilai nyaris sempurna, 95. Sejelek-jeleknya nilai matematika Sandara adalah 89.
Tak pernah terpikirkan sebelumnya, kalau ternyata lambat laun Rafael justru malah menyukai Sandara, karena detak jantung serta tatapan Rafael pada Sandara seolah memiliki arti yang berbeda. Itu yang membuat Rafael sangat penasaran pada gadis bernama lengkap Sandara Milena itu.
Awalnya pun, Sandara tidak menyukai karakter Rafael yang benar-benar badboy. Terlihat dari cara berpakaian Rafael saat mengenakan seragam putih abu-abu, super berantakan, dengan dua kancing baju bagian atas dibiarkan terbuka memperlihatkan kalung hitam yang ia kenakkan. Namun penghilatan siswi-siswi lain, penampilan Rafael terlihat sangat cool dan menggoda iman. Uh.Namun, Sandara berpikir; berulang kali Rafael mengejarnya tanpa ada kata pantang menyerah. Haruskah Sandara mematahkan harapannya? Tak tega rasanya. Namun tak dapat dipungkuri pun, walau karakternya memang bad, tapi Rafael memiliki sifat bijak. Rafael berteguh prinsif bahwa ia tidak akan pernah melukai perasaan wanita. Baginya, wanita harus dijaga, bukan disakiti ataupun dirusak. Itu yang membuat Sandara terpikat oleh sosok gentle seperti Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bukan Pelacur (END)
ChickLit(Completed!) (FanfictionSMASH-cerita yang gue tulis beberapa tahun lalu, ketika gue masih berproses)