9

34 1 0
                                    

(Persaingan sengit, Udin Vs. Rafael) - Part 09

“Mangkanya lo harus sarapan.” Ucap Sandara menyuapi sesuap nasi pada seseorang yang pingsan tadi. Rafael tersenyum kearah Sandara yang tengah menyuapi siswi yang sempat pingsan itu, Sandara tidak menyadari keberadaan Rafael. Rafael hanya tersenyum miring memperhatikannya.

“Mau dong disuapin,” ucap Rafael. Dengan segera Sandara pun menoleh kearah sumber suara tersebut.

“Raf?” Pekik Sandara.

Rafael hanya tersenyum miring, nampaknya Rafael memang senang mengganggu Sandara. Entahlah, padahal Rafael memiliki banyak fans di sekolah ini, ia juga kerap di kejar-kejar para siswi di sekolah ini, contohnya; Alexa, siswi cantik yang sering mengintil Rafael, namun Rafael tidak pernah memperdulikannya, ada juga Sabrina ketua organisasi paduan suara, yang berusaha untuk mendekati Rafael, tapi Rafael seakan acuh saja. Namun mengapa kini Rafael malah mencoba mendekati Sandara, yang jelas-jelas memiliki karakter yang bertolak belakang dengan dirinya, entahlah.

“Ngapain lo kesini?” Tanya Sandara.

“Gue bosen di lapangan, males upacara, yang pidatonya juga si Udin.” Ucap Rafael santai.

“Si Udin pidato?” Heran Sandara, Rafael hanya mengangguk pelan.

Lihatlah, posisi Rafael yang menyandarkan punggungnya di lawang pintu ruang UKS, dengan kedua tangan melipat dibawah dada bidangnya, lalu pandangan yang entah memandang apa, dari sudut Sandara terlihat posisi Rafael menyamping.

“Terus? Lo ngapain kesini? Alasan bosen dan males itu gak masuk akal, Raf!” Ucap Sandara, lalu Rafael menoleh kearah Sandara dengan tersenyum tipis, lalu Rafael mengubah posisi tangannya yang tadinya melipat kini ia masukkan kedua tangannya ke saku celananya, dengan posisi tubuh yang masih bersandar, cool.

“Gue lagi kangen aja sama lo, San!” Dengan santainya Rafael mengucap kalimat itu, membuat Sandara menghela napas pelan.

Ditambah lagi penampilan Rafael yang terlihat santai, dengan baju seragam dikeluarkan dan dua kancing bagian atas dibiarkan terbuka, memperlihatkan kalung hitam yang Rafael kenakan, Sandara melihatnya seperti risi. Namun, kali ini ada yang berbeda dari seragam Rafael, Rafael sudah memakai badge nama dan badge kelas dalam baju seragamnya.

“Sebentar lagi gue bakalan ke lapangan, upacara pembukaan classmeeting sebentar lagi akan dimulai, dan buat lo mending lo istirahat disini, lo masih lemes.” Ucap Sandara, pada temannya yang pingsan tadi.

“Iya, San. Makasih lo udah bantuin gue. Maaf kalau gue ngerepotin lo.” Ucapnya, Sandara hanya mengangguk disertai senyuman.

Namun, Rafael masih saja berdiri dan bersandar di lawang pintu. Lalu, Sandara pun berjalan menuju lawang pintu, bermaksud untuk keluar ruang UKS ini, namun Rafael malah menghalanginya.

“Mau kemana?” Dengan segera Rafael mencegat Sandara di ambang pintu.

“Gue mau ke lapangan lah.”

Namun, Rafael kembali melipatkan kedua tangannya tepat dibawah dada bidangnya, pandangannya lurus tertuju pada Sandara, Sandara hanya diam dengan sikap Rafael yang tiba-tiba memandangnya serius dan lurus itu.

“Lo kenapa? Kok ngeliatin gue nya kayak gitu?” Ucap Sandara.

“Gue gak tahu, apa yang gue rasain ini, dan lo jangan GR dulu, gue juga belum pasti ini rasa suka atau bukan. Intinya, gue ngerasa lo itu cewek yang beda, gue ngerasa lebih ke tantang buat deketin lo. Lo gak mau gitu gabung jadi salah satu dari ratusan cewek yang ngejar-ngejar gue?” Ucap Rafael tersenyum tipis dan memalingkan wajahnya sejenak, detik kemudian Rafael kembali memandangi Sandara dengan tatapan lurus. “Tapi, gue lebih suka lo kaya gini.” Sambung Rafael dengan tatapannya yang lurus mengarah pada kedua mata Sandara.

Dia Bukan Pelacur (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang