(Mengejar) - Part 06
“Jangan lihatin gue kayak gitu, gue tahu gue ganteng, tapi gue bukan serigala.” Ucap Rafael tersenyum miring. Sandara hanya menaikan alisnya sebelah.
Dan, Sandara hanya menghela nafas pelan. Sandara merasa bahwa hanya Rafael-lah makhluk kedua setelah Udin yang terlalu percaya diri dengan ketampanannya. Namun, Rafael memang benar-benar tampan, tapi si Udin tidaklah begitu tampan, melihat Udin nyaris sama seperti saat melihat kecap dengan rasa asin.
“Rafa? Lo ngapain disini? Kalau fans-fans lo tahu lo nyamperin gue kayak gini, bisa berabe gue.” Ucap Sandara berhati-hati, namun Rafael hanya tersenyum santai seraya menggaruk belakang daun telinga sebelah kanan.
“Biarin aja-lah. Gue lebih suka sama lo, lo itu anti meanstream.” Ucap Rafael tersenyum miring, dengan gaya santai-nya ia bersandar pada sebuah motor ninja merah miliknya dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celananya, dan pandangan yang cukup menghipnotis. Ya, ini masih di tempat parkiran sekolah. Lagi-lagi Sandara mengerutkan kening, heran.
“Tapi gue gak suka sama lo.” Ucap Sandara datar. Kemudian, Sandara melewati Rafael begitu saja. Rafael terdiam dibuatnya, ia hanya menyaksikan punggung Sandara yang kian berlalu. Lalu, Rafael menghela nafas kasar.
'Disaat semua cewek ngejar-ngejar gue, justru dia yang gak mau gue kejar, Salut!' Batin Rafael. Kemudian, Rafael pun melangkahkah kakinya menuju ruang kelas XI-05. Ruang kelas Rafael dan ruang kelas Sandara berarah lawanan.
Namun, seketika langkah Rafael terhenti, saat Udin dan Yuda menghampirinya dengan tatapan wajah yang cool fals. Bukan cuma suaranya yang fals, tatapan mata Udin yang sok cool itu pun, fals. Gak cocok.
“idih, muke lo kenape tuh? Lo pasti abis tawuran yak?” Ucap Udin pada Rafael, Rafael hanya tersenyum kecut.
“Kenapa? Lo sirik sama kegantengan gue?” Ucap Rafael tersenyum sinis dengan nada meledek.
“Haha, sirik? Meskipun gue item kayak kecap, tapi rasanya manis, ada asem-asemnya gitu.” Ucap Udin dengan percaya dirinya.
“Nano-nano kali, Ah!” Ucap Yuda.
“Eh Iya, Raf. Lagian lo tawuran gak ngajak kita.” Sambung Yuda. Si Udin nampak melototi Yuda. Si Udin geram, bukan malah membantunya meledek Rafael, Yuda malah minta diajak tawuran. Rafael hanya mengerutkan kening.
“Njir, dia itu musuh kita.” Bisik Udin tepat di telinga kanan Yuda.
“Dia kan juga anggota sekolah kita sekarang? Pasti dia ngebela sekola ini-lah.” Bisik Yuda.
“Ya enggaklah. Dia itu lagi di mutilasi disini!” Ucap Udin.
“Mutasi, woy!” Sentak Yuda.
“Kalian kenapa bisik-bisik tetangga kayak gitu? Ngegosipin apaan? Soal gue ganteng? Yaelah, gue tahu kalau gue ganteng. Tapi sorry gue masih normal.” Ucap Rafael seperti menahan tawa melihat tingkah Udin dan kawannya itu, berlaga sok belabrak seorang Rafael Nazar. Udin dan Yuda malah berbisik-bisik tetangga seperti itu, membuat Rafael menahan tawa.
“Anjrit, sembarang kalau ngomong, gini-gini gue punya cewek! Seenaknya lo ngomong. muka lo boleh ganteng, tapi lo masih dibawah gue!” Ucap Udin dengan menaiki alisnya sebelah, berlaga songong, seperti seorang badboy, namun berwajah pas-pasan.
“Iya, Raf. Lo gak tahu aja, kalau si Udin itu beda jauh sama lo. Lo cakep, lo ganteng, tapi si Udin lebih dari itu. Udin itu---” Ucap Yuda menjeda kalimatnya sejenak. “Pelacur, Pelajar Labil, bermuka ancur! Haha” ucap Yuda spontanitas tertawa renyah.
“Anjay! Kenapa lo jadi ngatain gue?” Ucap Udin pada Yuda.
“So-sorry, gue suka refleks.” Ucap Yuda menahan tawa, namun Udin terlihat geram dan greget dengan tingkah Yuda, yang nyaris sebelas duabelas dengan tingkahnya, jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bukan Pelacur (END)
ChickLit(Completed!) (FanfictionSMASH-cerita yang gue tulis beberapa tahun lalu, ketika gue masih berproses)