Chapter 3 (Ilana POV)

73 11 0
                                    

Aku tak tau kenapa mas Affan mengurung diri dikamar setelah pulang dari kantor siang tadi.

Ia bahkan melupakan makan siang dan makan malamnya, karena sampai habis isya sampai sekarang pun mas Affan belum juga keluar dari kamarnya pribadinya itu.

Aku jadi khawatir kalau kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Apa mungkin Mas Affan pingsan dikamar? Aku takut untuk ke kamarnya bahkan untuk mengetuk pintu kamarnya saja aku juga takut. Karena suamiku itu pernah bilang jika dia sedang didalam kamar itu jangan pernah berani untuk mengganggunya.

Tapi lama lama aku semakin khawatir padanya dan menekatkan diri untuk mengetuknya. Setidaknya aku ingin memastikan kalau dia benar baik baik saja didalam sana.

Tok. Tok. Tidak ada jawaban. Akhirnya aku memberanikan diri untuk memanggil dan menanyainya. Masa bodo jika itu akan mengganggu Mas Affan dan membuatnya marah. Aku hanya sedang sangat mencemaskannya saat ini.

"Mas? Apa mas masih didalam sana? Mas enggak kenapa-kenapakan? Mas, aku masuk ya?"

Hening tidak ada jawaban ataupun sahutan, membuat aku makin cemas. Tanpa pikir panjang lagi akupun langsung masuk dan seketika...

Aku terkejut melihat suamiku terbaring dilantai dengan tubuh shirtless, dengan sebatang rokok di mulutnya, serta sebotol minuman beralkohol ditangannya. Belum lagi ruang kamar itu yang berantakan penuh pecahan kaca, vas bunga, dan satu foto dalam bingkai yang sudah hancur. Astagfirullah, sebenarnya apa yang terjadi?

Mata milik Mas Affan terpejam, tapi aku tau dia tidak tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata milik Mas Affan terpejam, tapi aku tau dia tidak tidur. Dia hanya lemah dan kelelahan.

"Mas....." Panggilku pelan dengan suaraku berubah serak karena menahan tangis.

Dia perlahan mulai terbangun lalu duduk sambil menatapku tajam.
Membuatku takut.

"Mas kenapa? Apa yang terjadi mas?" Tanyaku hati hati, tiba tiba tatapannya menjadi sendu.

Tanpaku duga Mas Affan merengkuh tubuhku erat. Kepalanya bersandar di bahu mungilku. Jantungku mulai berdetak tak beraturan wajahku pasti sudah memerah. Aku membalas pelukannya saat tahu Mas Affan terisak dibahuku.

"Wanita itu kembali lagi Illy, wanita jahat itu mengancamku Illy." Ungkapnya dengan suara gemetar penuh emosi bercampur kesedihan yang mendalam, serta nada kebencian.

"Wanita siapa yang mas maksud?"
Tanyaku bingung sambil mengusap punggung kekarnya lembut. Aku mengerti, suamiku ini sepertinya sedang dalam masalah. Walaupun aku belum tahu masalahnya apa.

"Wanita itu wanita yang sayangnya sudah melahirkan aku. Tapi aku sangat membencinya, Illy." Terangnya sembari mempererat rengkuhanya ditubuhku.

"Wanita itu ibu mas? Lalu kenapa mas membencinya?" Tanyaku.
Aku jadi penasaran, aku memang tak mengetahui masalah apa yang terjadi dalam keluarga mas Affan, Aku juga belum pernah melihat ibunya. Saat acara perjodohan bahkan saat kami menikahpun aku tidak pernah bertemu dengan ibunya.

"Bukan Illy! Wanita seperti itu tidak pantas disebut sebagai seorang ibu, tidak ada ibu yang tega menelantarkan anak dan suaminya sendiri hanya demi harta dan kekayaannya. Tidak ada seorang ibu yang tulus yang begitu tega melakukan hal itu, Ily." Terang Mas Affan masih dengan emosi dan isakan tangisnya.

Saat ini dia benar benar seperti seorang anak laki laki yang rapuh dan sangat membutuhkan kasih sayang. Ya Allah aku berjanji akan memberikan kasih sayangku sepenuhnya untuk Mas Affan.

To be continue...


Jangan lupa votenya......dan koreksi klo ada kata yg salah lewat comment nya yah:)

Thanks, readers ❤💕😘😙😚

Asyiah Muzakir

Suara Hati Ilana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang