Chapter 8 ( Ilana POV )

75 10 8
                                    

Assalamu'alaikum♡♡
&
Happy Reading!
×
×
×
×
×
×
×
"Aku tak ingin terlalu larut karena sikap manismu..karena aku takut jika itu hanya berlaku untuk sementara waktu.."

Ilana Sofiana.

Sepulang dari kampus mas Affan tiba tiba mengajakku untuk pindah ke apartement miliknya dengan alasan ingin memulai lembaran baru disana bersamaku dan aku menyetujuinya karena aku menghargai usahanya dalam memperbaiki hubungan dalam pernikahan ini. Dan sesampainya disana aku langsung terjun ke dapur apartemen mas Affan memasak makanan karena setahuku suamiku itu belum makan siang.

Dia terlebih dulu marah saat hendak memesan makan siang dikantin kampus tadi. Mungkin penyebabnya karena dia melihat aku makan siang bareng sama Pak Revan. Huft, pedahal hubunganku dan pak Revan hanyalah sebagai dosen dan mahasiswi-nya!
Mas Affan memang selalu tidak suka saat melihatku bersama pria lain meskipun pria itu saudaraku sendiri. Dia cemburu mungkin?

Pikiranku teralihkan saat sebuah lengan kekar melilit perutku dari belakang. Terkejut? Jelas. Aku menghela nafas panjang sekedar meminimalisir keterkejutan dan kegugupan serta degup jantungku yang mulai tidak normal apalagi saat kurasakan nafasnya yang beraroma mint menerpa pipiku. Ya Allah dia benar benar membuatku mati kutu saat ini.

"Masak apa?." Tanya-nya sambil menghirup aroma yang berasal dari wajan penggorengan. Tapi kenapa aku merasa kalo dia lagi menghirup aromaku ya? Ah sepertinya pikiranmu ini perlu dinormalkan ilana.

"Emh..masak telur balado kesukaan mas." Jawabku kemudian.

Dia tersenyum lalu mengecup pipiku dari samping. Tangan kirinya menyelipkan rambutku yang turun menutupi sebagian wajah ke telingaku. Aku memang sedang tidak memakai hijab. Aku merasa pipiku mulai memanas mendapat perlakuan semanis itu.

"Kamu tahu darimana itu makanan kesukaan aku?." Tanyanya lagi.

"Dari Ayah kamu mas."
Jawabku singkat.
Aku tidak ingin masuk terlalu dalam ke semua perlakuan manisnya karena aku tak ingin sakit lagi.

"Pedahal sebenarnya kesukaan aku bukan itu." Ujarnya tiba tiba.

Aku menghentikan kegiatan menggoreng bumbu. Lalu berbalik dan menatapnya tak mengerti. Jarak kami sangat dekat karena dia masih memeluk tubuhku.

"Aku lebih suka memelukmu seperti ini dari pada memakan sepiring nasi dengan telur balado." Katanya sambil menatapku intens. Aku jadi merasa gugup kalau ditatap seperti itu oleh nya.

"Kamu...lagi gombalin aku ya mas?." Balasku sambil bertanya.

Dia tersenyum lalu menggeleng pelan.

"Nggak tuh. Aku ini ngomong jujur loh sayang." Jawabnya yang sontak membuatku tambah salah tingkah. Suami tamvanku ini memang benar benar ya pinter banget bikin pipi ini mirip kaya tomat matang apalagi dengan panggilan sayang kaya gitu.

"Aku nggak percaya.." gumamku pelan.

Dia dengan tiba tiba membenamkan wajah tampannya diceruk leherku. Aku mendengus menahan rasa geli.

"Kalo Illy nggak percaya mas akan pastiin kalo besok Illy nggak bisa kuliah pagi.." bisiknya penuh arti ditelingaku. Aku merinding mendengarnya apalagi saat hangat dari nafasnya menerpa telingaku.

"Engh...aku..aku percaya aja deh kalo gitu." Ujarku membuatnya tersenyum lalu mengencium keningku lama.

Mas Affan benar benar berubah..sikapnya yang tadinya datar hari ini berbeda. Dia terkesan hangat dan manis? Kuharap sikap manisnya bukan hanya untuk sementara waktu.

Suara ponsel yang berdering mengagetkannya. Mas Affan dengan segera mengecek ponselnya dan melihat siapa yang menelfon. Saat melihat layar ponselnya seketika wajah cerah mas Affan berubah menjadi pias dan ketakutan. Ada apa dengan suamiku?

"Wanita jalang itu kembali menghubungiku.." gumamnya kemudian sambil menggertakkan giginya. Rahang tegasnya terkatup rapat seperti sedang menahan marah.

Siapa yang suamiku sebut tadi? Wanita jalang?

Astagfirullah fikiran negative ku mulai muncul saat ini..

TBC♡

See you next chapter semua♡

Salam manis dari author
Asyiah Muzakir
11-05-2020.

Suara Hati Ilana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang