Chapter 6 (Ilana POV)

72 5 1
                                    

Happy Reading Guys!

Di Kampus aku dihadapkan dengan banyak tugas yang minggu depan harus di serahkan pada dosen. Dan Dosen itu suamiku sendiri, Mas Affan.

Dan untuk saat ini tugasku belum selesai. Jelas itu membuatku pusing karena saking banyaknya. Di perpustakaan ini sekarang aku berada mencari referensi dan juga sharing dengan Dosen pembimbingku.

Namanya Mr. Revan. Dia merupakan dosen paling humble di Kampusku. Dia juga pribadi yang mudah akrab dengan mahasiswanya, termasuk aku.

"Na...apa sebaik nya kamu istirahat terlebih dulu. Kamu bisa kecapekan loh na." Pak Revan mengingatkanku yang masih duduk di depan laptopku.

"Ntar pak nanggung, tinggal save ke flashdisk," jawabku sambil nyengir padanya. Dia menggeleng melihatku.

"Kok save nya ke flashdisk?" tanyanya tiba tiba. Aku bingung dan menghentikan jariku yg sedang mengetik dikeyboard lalu menatap pak Revan.

"Kalo bukan di flashdisk. Terus dimana dong pak?" Tanyaku heran.

"Di hati dong...biar nggak hilang kena virus..." jawab pak Revan dengan wajah yang diseriuskan. Tapi justru malah membuatku terkekeh.

"Nggak muat Pak Revan. Hati aku udah dipenuhi sama seseorang,"candaku masih sambil terkekeh. Tapi, kata kataku memang benar kan? Di hatiku sudah ada Mas Affan.

"Yah ... nggak muat ya? Emang seberapa besar sih hati kamu sampe bisa nyimpen seseorang?" ledek Pak Revan sembari menaikan sebelah alis tebalnya.

"Ih, Pak Re, jangan bercanda dong," protesku dengan nada yang ku buat kesal, agar Pak Revan berhenti meledekku, namun nyatanya dia malah tertawa.

"Siapa yang bercanda? Pare kan? Berarti bukan saya, hahaha."

"Pare? Maksudnya?" tanyaku tak mengerti. Kenapa sayur pare di bawa-bawa?

"Iya, abis yang kamu sebut tadi pare, bukan nama saya. Berarti bukan saya dong, hehe."

"Ih, bapak ini! Saya kan bilangnya Pak Re bukan pare gimana sih?!" ujarku kesal.

"Iya-iya Na, enggak usah sewot gitu dong, santai, mendingan sekarang kita lunch bareng yuk?" Ia mengajakku untuk makan siang bareng. Aku ingin menolak tapi tidak enak. Yang membimbingku saat ini kan pak Re. Tapi jika aku menerima ajakannya aku takut Mas Affan akan marah. Huh gimana ya?.

"Ya udah deh iyaa ... tapi bapak yg traktir ya?"

"Asiaaap deh, Na..."

Akhirnya kamipun pergi ke kantin kampus yang letaknya tak jauh dari perpustakaan. Setelah sampai di kantin aku merasa ada yang mengawasiku. Tapi siapa? Apa itu Mas Affan? Aku jadi takut.

To be continue....


Setelah membaca, jangan lupa komen dan vote, ya guys!

Suara Hati Ilana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang