Siang ini aku tak sengaja melihat Mas Affan dirangkul mesra oleh seorang mahasiswi femous dikampus ini yang ku ketahui bernama Emily. Aku melihatnya tepat saat aku sedang berjalan di koridor kampus dengan Husni, sahabatku.
Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Mas Affan, mengapa dia begitu terang terangan menunjukkan kemesraannya dengan wanita lain didepan mataku, istri sahnya. Apa suamiku itu tidak memikirkan bagaimana sesaknya perasaanku? Entahlah.
Dengan mata yang sudah berkaca kaca aku melanjutkan langkahku dengan Husni untuk menuju kantin kampus, tempat yang menjadi tujuan kami.
Sesampainya dikantin kampus, Husni langsung pergi memesan dua mangkuk bakso untuk kami berdua nikmati disiang hari yang mendung namun berhawa panas ini.
"Kenapa kamu cemberut mulu, sih?" Tanya Husni seraya duduk dihadapanku. Sahabatku itu baru saja selesai memesan baksonya.
"Lagi badmood." Jawabku dengan malas.
"Emang apa yang buat kamu sampe badmood gini? Badmood jugakan punya alasan?" Tanya Husni lagi.
"Badmood karena kamu nanyain aku mulu, Husni!" Jawabku agak ngegas. Abisnya aku sebel ditanyain mulu sama dia.
"Etdah, udah ngegas aja kamu, Na. Aku kan tanyanya baik baik." Ucapnya.
"Iya deh, maaf." Kataku.
"Hm, jadi apa yang buat kamu badmood?" Tanya Husni LAGI!
Aku menatap tajam kearahnya yang membuat dia seketika menyerngit takut.
"Jangan tanyain gue lagi! Gue jadi tambah badmood kalo ditanyain mulu." Tegasku yang membuat dia meringis lalu mengangguk.
"I..iya Lana, serem banget deh tatapan kamu itu." Ungkap Husni sambil menunjukkan jari V-nya.
"Makanya diem." Ujarku sambil memainkan ponselku.
"Permisi, ini baksonya mas, mbak." Seorang pelayan meletakkan dua mangkuk bakso kuah yang masih panas dimeja yang ditempatiku dan juga Husni.
"Makasih ya, mbak." Kataku kepada pelayan itu sambil tersenyum.
"Sama-sama, permisi." Ucap pelayan itu sambil membalas senyumanku sebelum ia pergi.
"Heum..baunya aja udah seseudaap ini, apalagi rasanya ya, Na?" Kata Husni sembari menghirup aroma baksonya.
Aku hanya mengangguk setuju, memang benar katanya, bakso kantin kampus ini dari awal ospek sudah menjadi favorite banyak mahasiswa. Termasuk aku dan Husni.
"Doa dulu yuk." Peringatku yang diangguki cepat oleh Husni.
Kami berduapun berdoa dalam hati sebelum menikmati kelezatan bakso kantin kampus ini.
Saat mulai menyuapkan bakso ke mulutku, aku tiba tiba melihat Mas Affan duduk dihadapan meja yang tak jauh dariku. Dan yang membuatku geram adalah, dia tidak duduk sendiri melainkan berdua dengan Emily. Mahasiswi tercantik dan terseksi dikampus ini! Astagfirullah. Aku seketika merasakan panas dan sesak dihatiku.
Sambil mengusap dada, aku mengambil botol saos super pedas dimeja dan menuangkannya dimangkuk baksoku sebanyak mungkin.
Husni yang tahu aku tidak terlalu suka pedas, langsung melotot ke arah mangkuk baksoku dan menghentikan tanganku yang masih menuangkan saos.
"Kamu kenapa sih!" Teriak Husni menghentikan aksiku menuangkan saos dengan geram.
"Lana, kamu itu gak terlalu suka pedas dan yang lebih penting kamu itu gak bisa makan pedas!" Peringat Husni kepadaku yang masih menatap Mas Affan yang sedang digoda terus terusan oleh Emily. Dan kesalnya Mas Affan tidak menolak setiap perlakuan Emily kepadanya.
"Liatin apa sih, kamu hah? Tegur Husni yang langsung membuatku mengalihkan pandanganku kepadanya.
"Ee..eh..enggak liatin apa apa kok." Jawabku meyakinkan Husni agar dia tidak curiga.
"Bohong, kamu dari tadi fokus banget dan sampe nyuekin aku tahu, gak?" Sela Husni menatapku curiga.
"Eh..aku ada kelas sebentar lagi nih, kita cepet habisin baksonya yuk." Ujarku mengalihkan pembicaraan. Husni menggelengkan kepala lalu melanjutkan makannya tanpa banyak bicara lagi.
Maaf ya, Husni. Aku belum bisa ceritain soal Mas Affan ke kamu. Aku takut nanti akan merusak persahabatan diantara kita. Gumamku merasa bersalah dalam hati.
Bersambung...
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR YA!
DAN FOLLOW JUGA AKUN AKU yah♡ nurasyiaaaaahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati Ilana
RomanceIlana tak pernah tahu kalau ternyata ia dijodohkan dan menikah dengan mantan narapidana, yang ia tahu suaminya hanyalah seorang dosen yang cerdas dan berwibawa. Sampai pada suatu ketika, ia menemukan Affan tergeletak dengan obat-obatan terlarang di...
