Maju pula seorang laki-laki muda,
yang meminta penjelasan soal Derita.
Dan Sang Malaikat terdengar bertutur kata.Perihnya sebuah derita ialah pecahnya sebuah peristiwa,
Robeknya kulit ari yang membungkus kesadaran pemahaman.Demikian pula bagimu, takkan terelakkan sebuah kepastian,
Mencintai derita serta memendam kepedihan.Dan jika saja hatimu masih peka digetari ketakjuban,
Menyaksikan keajaiban yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan,
Maka derita dari rasa pedih itu tak kurang menakjubkan
Ketimbang kebahagiaan.Dan engkau pun akan menerima pergantian musim dalam hatimu,
Selayaknya turun hujan salju di tanah tandus,
Sebagai tetamu yang menyinggahi hatimu.Banyak di antara deritamu, ialah pilihanmu sendiri,
Dialah obat pahit pemberian hidup pada pribadi
Demi Penyembuhan bagian yang terluka di dalam hati.Maka yakinilah tabib itu, dan reguk habis ramuan pahit kehidupan.
Dengan cekatan, tanpa bicara.Sebab tangannya, meski hitan dan keras serta terasa berat,
Ia mendapat bimbingan gaib yang teramat lembut.Cangkir obat yang dibawakannya,
Walau terasa pahit membakar lidah,
Telah dikepal-kepal oleh tangan-Nya
Dari tanah liat tanah liat hitam yang dibubuhi air ramuan,
Dari tetes air mata suci-Nya
KAMU SEDANG MEMBACA
katARTsis
شِعر"Memang disayangkan, bahwa si kancil, Tak dapat mengajarkan berlari cepat pada si keong."