Yang terbaik adalah diam
Berhenti mengadu banyak-banyak angkara
Karna gelap tak mampu tuk menerima
Keriuhan - keriuhan dikepala
Malam ini kutunggu kepalaku lepas
Dengan perasaan sedih dan tertawa
Apakah nanti kita tetap percaya
Perjalanan ini hanya berujung hampa
.
Apakah kita bisa semesra dulu
Menerima luka luka yang kumuh
Menikmati setiap bunga yang bertumbuh
Menyiraminya dengan kubangan peluh
.
Tak mungkin kita hapus kisah yang lalu
Kusimpan saja pilu sampai berdebu
Berharap waktu membuatku sembuh.
Sial, berulang-ulang berharap memang sesakit itu
.
Memang ku jumawa kan?
Seakan semua ini kupikul sendiri
tunggu.
Bukannya memang seperti itu?
.
Orang di dalam selalu berteriak,
"Mati saja"
"Kau memang tak pantas disini kan"
"Lehermu itu masih bersih"
"Bunuh.. Ayo bunuh diri mu sendiri"
"Lakukan.. Kau tak takut apa-apa lagi sekarang. Darah? Sakit? Itu semua hal yang biasa bukan?"
"Lakukan.. Kau tak punya siapa-siapa lagi sekarang. Ayah? Mama? Apalagi teman? buat apa mereka tak peduli dengan kamu bukan. Mereka hanya kasihan. Aku ulangi. Mereka. Hanya. Kasihan. Tidak lebih"
.
Sangat lelah ternyata untuk bisa hidup
Sangat lelah juga untuk mencoba mati berkali-kali
Dan tetap gagal.
.
Ini dewasa, hah? jangan membuatku jijik. Aku tanya sekarang,
Apa ini semua
normal?
.
Tolong..
"Maaf kami sedang sibuk dalam masa perbaikan diri, hubungi kami nanti" ucap tuhan.
Tolong aku tak ada siapa-siapa lagi..
"Baiklah aku terima, tapi kami tidak dapat menerima kamu seperti dulu lagi. Maaf" ucapnya lagi.
T-tapi aku kira kalian memang mencintai ku secara tulus? k-kenapa semua bisa berubah? Aku menyusahkan? Aku tak berguna untuk kalian? Karena aku aneh dan bodoh? Aku tak seperti orang kebanyakan? Karena ku rapuh? Terus kenapa kalian ada waktu untuk yang orang lainnya? Sedangkan untuk ku tidak ada? Kenapa kalian pilih kasih? Kenapa kalian semua bajingan seperti orang-orang di kehidupanku. Kalian menyerah begitu saja sekarang tanpa ada peringatan? Aku tak paham? Kenapa? Kenapa kalian bilang seperti itu saat dunia ku hancur? Apa bedanya kalian dengan para penjahat yang merampok bank lalu meledakan tempat itu dan pergi dengan tampang senyum lebar dan lega sambil berucap "hahaha yang penting aku selamat, masa bodo sama dia, mau mati atau sekarat. yang penting aku selamat". Sama saja kalian, Kalian hanya datang saat aku pura-pura senyum dan bahagia dan membuat lelucon seperti orang bodoh dan saat kalian sedih aku harus bijak sambil mendengarkan berkeluh kesah.
Tapi kalian beri apa untuk aku?
Tidak ada.
Semua ini hanya tentang kalian saja, kalian bebas memilih dengan siapa saja dan melakukan apa saja.
Aku tidak.
Aku ditakdirkan untuk tidak boleh memilih. Toh memang aku punya pilihan lagi.
Semua pilihan ku telah lenyap.
.
Lucu bukan? Tertawa saja.
Kan yang hancur kehidupan seseorang, bukan kehidupan kalian.
Silahkan, kalian untuk tertawa.
Aku akan terus mencari cara agar tetap mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
katARTsis
Poetry"Memang disayangkan, bahwa si kancil, Tak dapat mengajarkan berlari cepat pada si keong."