Air

2.8K 399 32
                                    

Saat semua mendadak terasa darurat, siapa saja tak akan ada yang bisa berpikir jernih.














Tiara dan semua orang yang berkumpul ntah dari mana saja, pada akhirnya berlari bersama menuju pintu keluar. Dari jauh, jendela menunjukkan bahwa suasana di luar sedang gelap. Hujan turun sangat lebat membuat keadaan di luar sana seperti gulita.

Ada satu pintu besar tertutup di ujung sana, sebuah pintu utara gedung yang di gunakan pada saat reload barang.

Tanpa suara, semua orang berpikir sama. Mereka harus mencapai pintu itu dan keluar dari gedung ini, sebelum dinding gedung roboh dan menimpa mereka semua.

Gempa selama 30 detik sudah berakhir. Hanya sebentar, tapi cukup membuat lantai satu hampir seperti rentan. Tak ada jaminan bahwa tak akan ada gempa susulan, maka gedung ini sudah tak aman lagi.

Ketika semua orang pada akhirnya mencapai pintu itu dan membukanya, beberapa orang mulai berhamburan keluar. Tapi hanya sebentar.

Ntah apa yang membuat para penghuni yang baru saja selangkah di pintu keluar refleks melihat ke arah gunung Rinjani yang memang tampak dari depan pintu ini. Dan dari sana turun ..

Air bah yang besar.

"AIR BENDUNGAN PECAH!!!"

Pontang-panting orang-orang yang sudah keluar dari gedung kembali masuk ke dalam. Semua orang kembali berteriak karena air yang turun dari Gunung sudah hampir mendekati gedung.

Tiara tak tau apa yang terjadi. Tapi sepertinya, Gempa membuat bendungan air sungai di Gunung Rinjani mendadak rusak. Hujan memperparah keadaan sehingga air yang tak berbendung turun dengan jumlah yang besar.

"SEMUANYA MASUK!! AIR BAH DATANG!!"

Untungnya, semua orang sempat masuk kembali karena air bah masih berada di ujung sana, belum sampai ke wilayah ini. Buru-buru beberapa lelaki dewasa kembali menutup pintu dan jendela agar menghambat air masuk dan menyeret manusia di dalamnya. Sebagian dari orang-orang yang berkumpul karena mulai kehilangan arah mulai menangis karena bingung.

Di dalam gedung, tak aman. Bila gempa lagi, kita akan tertimpa bangunan.

Di luar gedung, tak aman juga. Air bah akan menyeret dan menenggelamkan semuanya.

"Naik kelantai 2!! Semuanya naik!!"

"Tapi kalau gempa___"

"NAIK!! Kita selamatkan diri dulu dari air!!"

Dan ntah siapa yang memberikan instruksi itu, membuat kerumunan berputar arah menuju tangga darurat.

"CEPAT!! AIR BAH UDAH DEKAT!!" teriak salah seorang yang menutup pintu, lalu melompat dan ikut berlari menuju tangga darurat.

Semuanya berpindah haluan, membuat Tiara mau gak mau ikut dengan rombongan.

Tapi ..

Hei, kenapa dia ..

Tiara melihat laki-laki itu. Kebingungan di antara rombongan, dia berdiri memecah arus. Manakala semua orang pergi ke tangga darurat dan menjauhi pintu masuk, dia sendiri yang berjalan menuju pintu itu.

Dia susah payah bertanya pada orang-orang, meminta penjelasan tapi selalu terabaikan. Pertanyaannya terdengar sia-sia, karena dia menggunakan bahasa mandarin. Nggak semuanya mengerti apa yang dia bicarakan. Sayangnya, Tiara malah mengerti.

"Kenapa kalian masuk lagi? Pintu keluar ada di sana? Kenapa nggak keluar?" Ucap laki-laki itu di tengah keramaian.

Semua orang nggak punya waktu untuk membantu dan menterjemahkan apa maksudnya. Semua orang juga nggak mau repot-repot menjelaskan apa yang terjadi dan menginformasikan apa yang seharusnya dia lakukan sekarang. Tak ada orang-orang yang benar-benar mempedulikan kebingungannya.

Tied | Winwin [Dong Sicheng] [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang