13

350 26 0
                                    

"Apa yang kau lakukan disini?"

Chris menoleh dan mendapati Junmyeon sadar dari komanya. Beberapa hari ini Chris menemani Junmyeon yang terbaring di ICU. Setelah mengerjakan soal UN, ia langsung pergi ke rumah sakit. Seperti itu hingga UN selesai dan kini ia sedang menunggu pengumuman. Ia rela melewatkan pesta kelulusan demi Junmyeon. Hanya Junmyeon orang yang bisa membantunya menemukan Seungmin. Lagipula orangtua dan mertuanya juga menginginkan hal ini. Mereka terlalu sibuk hingga tak bisa menunggu Junmyeon.

"Menunggu om bangun."

"Sudah berapa lama?"

"Hampir satu bulan."

"Lumayan juga. Apa ada kabar dari Woojin?"

Tebakan Chanyeol hari itu tidak meleset. Woojin benar-benar menghubungi nomor Junmyeon sehari setelah operasi.

Tiba-tiba pintu ruang ICU terbuka. Seorang anak kecil berlari masuk dengan dua mobil-mobilan di tangannya. Senyumnya merekah saat matanya menatap Junmyeon. Kakinya berlari ke arah Junmyeon yang keheranan. Ia tak tidur begitu lama. Kalaupun anak itu adalah anak Chris, kenapa sudah sebesar ini?

"Opah udah bangun ya?", Ucapnya dengan pengucapan yang lucu.

Junmyeon membulatkan matanya. Ia menatap anak itu lamat-lamat. Anak itu adalah cucunya?

"Iya, dia cucu papa."

Mata Junmyeon yang awalnya menatap anak kecil disampingnya, kini berubah menatap orang yang tengah berdiri di tengah-tengah pintu ICU. Disana tengah berdiri putra yang paling dia kasihi. Siapa lagi kalau bukan Woojin?

"Namanya Hendry Park."

Wajah Junmyeon tiba-tiba memerah. "Dimana Park sialan itu?!"

"Opah baru bangun gak boleh ngomong dulu. Nanti tidur lagi."

Junmyeon tersenyum menanggapi celotehan cucunya. Ia mengusap rambut pirang itu lembut. Perpaduan Indonesia dan Amerika ternyata bisa sebagus ini.

"Maafin Woojin karena pergi tanpa pamit. Lain kali Woojin bakal pamit papa."

Chris sudah menunggu hari ini dengan sangat lama. Hanya ada ia, Junmyeon, dan Woojin. Awalnya ia mengira kalau Woojin adalah kunci dari tempat Seungmin berada. Namun Woojin datang seperti orang amnesia; atau pura-pura amnesia. Ia benar-benar tak mau membicarakan hal tentang Seungmin. Kali ini Chris menaruhkan harapannya pada Junmyeon. Ia berharap lebih besar daripada kemarin. Meski ia sedikit kecewa saat Seungmin lebih memilih pergi, ia tetap merindukan belahan jiwanya itu.

"Aku gak mau basa-basi. Kalian tau seberapa susahnya aku tanpa Seungmin?", Ucap Chris dengan nada rendah, sarat akan kesedihan.

Melihat Chris seperti itu, Woojin memilih menyuruh putranya keluar dari sini. Tenang saja, diluar sana sudah ada beberapa pengawal khusus untuk Hendry.

Woojin menarik salah satu kursi dan duduk disamping Chris. "Aku gak bisa ngasih tau kamu Seungmin ada dimana. Yang paling penting dia baik-baik saja. Dia aman bersama ayahnya Hendry."

Junmyeon memegang luka di pipinya, sudah lumayan menghilang. Ia menggerakkan tangannya pelan untuk menarik perhatian dua pemuda disampingnya. Woojin menatapnya dengan pandangan aneh.

"Kamu gak papa kan?", Tanyanya merasa aneh.

"Sebenarnya aku ingin mengatakan ini sejak lama. Tapi papa tak pernah membiarkanku mengatakan apa yang aku inginkan."

"Apa yang kamu inginkan? Kembali pada Jay? Pergilah jika dia memang kebahagianmu."

"Shit! Kenapa tidak dari dulu?!"

[2/4] SAY CHEESE! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang