10

258 30 0
                                    

"Tetep aja gak paham. Bapak bukan sembarang orang? Apaan tuh? Cuma satu kalimat ya Seungmin gak bakal paham."

"Ceritain sekarang aja. Ngapain sih nunggu bapak bangun?"

"Kelamaan tau. Bapak masih tidur, masih istirahat dia."

"Ayolah kak, om. Ceritain semuanya sama Seungmin."

"Seungmin udah kepo banget ini."

"Kenapa pake disembunyiin sih? Kan aku anaknya Bapak Chanyeol."

"Wok. Lek gak gelem cerito yowes kono minggato. Mirih teko omahku. Edan tenanan kok kowe iki.", (Ih. Kalau gak mau cerita ya sana pergi. Pergi dari rumahku. Kalian bener-bener gila.)

Ocehan sedari tadi mengalir dari mulut Seungmin. Ia sama sekali tidak menyangka ada orang yang menceritakan kebenaran dengan hanya satu kalimat. Padahal mulut masih berfungsi dengan baik, otak juga masih bisa mengirim rangsangan agar berbicara. Tapi dua laki-laki tak ia ketahui asal-usulnya itu malah diam membeku tanpa alasan yang jelas.

"Gak! Seungmin bakal marah besar kalau cuma itu aja yang kalian kasih tau.", Teriak Seungmin marah. Chris yang merupakan pawangnya saja tak bisa menenangkan. Apalagi orang lain?

"Ceritain aja lah om. Capek tau lihat istri meraung-raung gitu.", Chris berucap.

"Istri? Ohh ternyata Seungmin mirip sama Pak Chanyeol.", Lirih Junmyeon mencoba tak terdengar siapapun.

Tiba-tiba sebuah botol obat terlempar padanya. Saat melihat siapa yang melempar, Junmyeon langsung tersenyum kecut sambil menundukkan kepalanya.

"Apa baik-baik saja kalau Pak Chanyeol duduk seperti itu? Bukankah tulang rusuknya baru saja diperbaiki?", Tanya Woojin polos.

"Pakai kata dioperasi saja. Diperbaiki terlalu aneh kalau didengar. Sebenarnya tak boleh, tapi dia bersikeras untuk duduk. Untung saja tubuhnya sangat kuat.", Jelas Yugyeom.

Chanyeol terlihat menggeleng lemah sambil sedikit mengangkat kedua tangannya. Orang yang mudah peka akan mengartikan bahwa Chanyeol sudah tak apa.

Seungmin tiba-tiba berdiri menarik tangan Chris masuk ke kamar mereka. Chanyeol yang melihatnya ingin mencegah, namun kondisinya tidak memungkinkan. Jadilah ia diam saja, membuat yang lain ikut terdiam.

Seungmin menutup pintu dengan sangat keras. Chris ia tinggalkan berdiri didepan pintu dan ia duduk di tepian kasur sambil memasang wajah kesal. Chris tak bisa berkata-kata. Kalau ia berkomentar, ia bisa dimarahi Seungmin. Ia hanya bisa menghampiri dan duduk disamping Seungmin.

"Kenapa sih hidup Seungmin gini banget kak.", Geram Seungmin tak terima.

"Gini banget gimana?", Tanya Chris.

"Ya gitu."

"Kamu gak jelas, kayak Om Junmyeon."

Seungmin menatap Chris dengan tatapan tajam. "Kak Chris ngatain aku?"

"Enggak kok enggak.", Tolak Chris. Suaranya sedikit terbata-bata.

Chris itu tergabung kedalam anggota PSSI, alias perkumpulan suami sayang istri. Saking sayangnya, ia sampai tak bisa membantah apapun yang dikatakan Seungmin. Sayang nyerempet takut lah istilah modernnya.

Chris duduk dengan kedua tangan yang ia jadikan tumpuan di belakang tubuhnya. Ia menatap lurus ke jendela kamarnya yang entah kenapa terlihat sangat misterius.

"Eh."

Chris kaget sampai melepas tumpuannya. Namun berkat Seungmin, ia tak sampai terjungkal ke belakang. Kini Seungmin duduk dipangkuannya. Yang membuat hawa tubuhnya tiba-tiba memanas adalah seberapa dekatnya ia dengan Seungmin. Seungmin mengaitkan kedua kakinya di pinggulnya, otomatis milik mereka bisa langsung bergesekan; sialnya lagi Seungmin bergerak. Chris bisa gila kalau begini.

[2/4] SAY CHEESE! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang