01.01.20**
21.55 +POV Jungkook
Aku sedang mendengarkan lagu melalui earphone milikku ketika aku sadar letak pembicaraan kakak dari ibukudan seorang atau lebih tepatnya beberapa orang dirumah ini tengah membicarakan tentang hubunganku dengan Eunha.
Beberapa kali aku mengalihkan pembicaraan namun beberapa kali juga pembicaraan laknat ini kembali seakan memang itu tujuan pertemuan ini.
Hell.
Bukankah kami akan mengejutkan Rose? Lalu kenapa dengan mereka?
Bola mataku tanpa sadar menatap kearah bibiki yang juga balas menatapku, tapi bukan tatapan lembut seperti tadi melainkan tatapan siap memakanku, karena Surat wasiat bunda Yang ingin menjodohkanku dengan eunha.
Aku meneguk salivaku sedikit berat, sial tatapan bibi seperti tatapan bunda memang paling menakutkan diantara musuh-musuhku. Memang benar kata orang-orang jika seorang ibu adalah ratu, tapi apakan aku harus memenuhu wasiat itu?
Segera saja kulepas earphone yang bertengger nyaman di telingaku ketika mendapati tatapan mematikan dari dia, aku masih sayang nyawa dan terlebih aku harus patuh pada kakak dari ibuku itu seperti negara api ini jika tidak mau negara api menyerang Avatar, hah?
"Bagaimana Jung??" Nah nah nah suaranya kok langsung bernada pertanyaan ketika aku melepas earphone ditelingaku, apa aku ketinggalan berita penting?
Aku memandangi earphone yang tergantung tidak berdaya ditangan kananku, sungguh aku ingin sekali mengutuk earphone ini andai aku tidak ingat jika aku waras?
Kembali kuangkat kepalaku demi mendapati pandangan penuh harap dari kakak bunda ini,
"Terserah aja." Pada akhirnya aku berujar dengan tertunduk lesu, pikiranku tidak tenang dan sepertinya aku salah menjawab pertanyaannya.
Segera saja aku mengangkat wajahku dan memandang pada seorang yang juga menatapku sedang tersenyum penuh kemenangan, kayaknya aku beneran salah ngomong deh.
"Baiklah sudah ditentukan, Jungkook dan Eunha akan bertunangan minggu depan." Ujarnya.
Aku yang mendengar nada bahagia darinya seakan mendengar nada kematian untukku, tunangan?
Aku memijat pelipisku yang sedikit berdenyut sakit, aku sudah masuk dalam perangkap si jalang itu dan aku pasrah karena Surat wasia itu , Yang malah mendukung jalang itu tanpa memikirkan apakah aku mencintai si jalang sialan itu.
"Haahhh, terserah saja." Ujarku lalu berdiri dari dudukku, mereka yang sedari tadi duduk dihadapanku segera mengarahkan pandangan kearahku yang hendak beranjak pergi.
"Kemana?" Tanya jaehyun, membuat moodku semakin buruk.
"Membangunkan si tuan putri." Sahutku namun segera dihadang oleh bibiku.
"Ada apa?" Tanyaku ketika sudah berdiri dihadapanku dengan pandangan sedikit tidak tenang, kenapa sih?
"Kamu liat itu?" Tunjuk kaka k bundaku kearah lantai atas ketika pintu kamar Nathalia sedikit terbuka, aku mengangguk mengikuti arah pandang.
"Matikan lampunya kita sembunyi." Baiklah perintah ibu negara adalah mutlak tidak bisa diganggu gugat meski itu suaminya sekalipun. ya bibiku sudah ku anggap sebagai ibu kandungku, mungkin karna mereka bersodara Dan memiliki wajah Yang hampir sama. Jadi aku sering memanggilnya bunda dan sifatnya pun sama seperti bunda,menyeramkan 😂
Bunda segera menarikku menuju tempat persembunyian yang cukup gelap dan tidak nyaman, bagaimanapun juga tempat ini terlalu sempit untuk ditampung beberapa orang.
