Tragedi

700 19 0
                                    


Tangan Kulsum mengepal sempurna. Giginya gemeletuk. Ubun-ubun berasap. Amarah memuncak. Rekaman CCTV memperlihatkan kejadian semalam. Membuatnya marah besar.

Pagi ini perempuan gempal, putri dari seorang bangsawan Arab itu tak mendapati Noura atau Azis, sang suami. Mereka menghilang bersamaan.

Malam tadi Noura mendapatkan hukuman karena menangisi poto ibunya yang didapatkan entah darimana.

Satu jam lamanya Noura dikurung di kamar mandi setelah diguyur air dan kuyup. Noura menangis dalam diam. Merasa sedih sendiri. Bukan kali pertama didera dan siksa sang ibu tiri.

Bayangan wajah Nurul. Ibu Noura yang tergambar jelas di wajah putrinya selalu membuat Kulsum murka. Pelayan yang telah mencuri hati sang suami dan harus menerima menjadi madunya. Walau terpaksa.

Kulsum divonis mandul. Padahal keluarga besar Azis yang hanya mempunyai anak tunggal mendambakan seorang penerus keturunan.

Azis yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Nurul. Sang pelayan dari Indonesia mendapatkan dukungan dari keluarga untuk menikah. Dengan berat hati Kulsum merestui. Meski benci. Tak kuasa membantah karena merasa diri tak sempurna.

Sekarang sepertinya sejarah itu akan terulang. Dari layar monitor 17 inci terlihat jelas pelayan itu menolong Noura yang kuyup karena semalam di guyur air dan dibiarkan tertidur di bawah tangga.

Detak jantung Kulsum masih normal melihat itu. Aliran darah mengencang saat melihat Azis menangkap raga pelayan itu dan memeluknya bersama Noura.

Cadar Lia yang terlepas kian membuatnya panas. Terlihat jelas betapa cantiknya pelayan baru yang tengah dalam dekapan Azis. Lebih cantik dan muda daripada Nurul atau dirinya.

"Mana Tuan dan Noura sekarang?

"Ddddiii-di rumah sakit, Nyonya. Lia dan Tuan membawa Noura ke rumah sakit?"

Muka nyonya Kulsum merah padam. Membayangkan jika sang suami kini tengah bersama pelayan cantik itu.

Atun berlalu dengan kecemasan yang luar biasa. Dadanya terasa sesak. Bayangan kelam nasib Nurul membuat matanya panas. Bulir bening meluncur di pipi. Atun menangis. Berharap nasib buruk tidak menimpa pada Lia. Serupa nasib Nurul di waktu lampau.

                      ******

Kulsum berjalan setengah berlari menuju ruangan VVIP. Tubuh gempalnya terlihat bergetar hebat. Antara amarah dan lemak yang bergerak mengikuti langkah kaki yang mengguncangkan ubin rumah sakit.

Brugg! 

Suara pintu yang di dorong kasar mengagetkan Lia dan Tuan Azis. Azis yang asyik membaca koran langsung meletakan koran itu di meja setelah melipatnya. Menatap tajam pada Sang istri yang berbuat gaduh di pagi buta.

Lia tengah menyuapi Noura terhenti. Ketakutan melihat api yang menyala dalam mata Kulsum yang membara. Nyonya besar itu memendam murka.

Meski terbata Noura telah banyak bercerita jika Kulsum yang disangka ibu Noura hanya ibu sambungnya. Sering memperlakukan buruk dan menyiksa. Pantas memperlakukan Noura begitu kasar.

Tatapan tajam kulsum seolah menusuk jantung Lia. Melihat detil raga pelayan yang rapat tertutup rapat dengan gamis hitam dan penutup muka dari hijab yang tersisa.

Masih kelihatan cantik dengan lentik bulu mata lebat dan alis yang tertata tanpa polesan pensil diatasnya. Jemari juga terlihat putih mulus meski begitu berat bekerja.

Lia ciut dengan tatapan yang seolah ingin menelanjangi. Suara suwir dari pelayan sering menyebut sadis nyonya jika tak menuruti titahnya.

"Kamu pulang sekarang!" bentak Nyonya tambun.

Kepincut Cinta Majikan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang