Keputusan Sulit

473 16 0
                                    


"Ummi, ayo, mau ya!" rengek Noura memelas. Tangan si mungil memegang Lia. Mata menatap tajam meminta balasan ya.

Lia menggeleng kepala.

"Ummi ada kerjaan yang lain, sayang, belum kelar." Lia menolak dan terus melipat baju yang bertumpuk dihadapan. Berusaha menghindar menatap manik mata si mungil nan jelita.

Noura memanyunkan bibirnya beberapa centimeter. Merajuk. Melirik Lia dengan tak suka. Lia masih tak bergeming. Tangannya cekatan melipat pakaian. Bukan tak kasihan. Hanya menghindari bara konflik yang akan terjadi lagi.

"Aku nggak mau tahu. Pokoknya ummi harus ikut. Ummi Kulsum juga sudah memperbolehkan," rengek Noura lagi mengajak serta lia belanja.

Lia masih tetap asyik dengan pekerjaannya. Berpura-pura tak mendengar. Terhenyak jika Kulsum mengijinkan. Ada apa gerangan. Mungkinkah akan terjadi? Bukankah berkali nyonya muda itu mencoba mengusir? Tak mungkin nyonya berubah secepat ini.

Sebenarnya Lia ingin. Semua berubah setelah tahu jika kulsum turut serta. Masih ada bara yang terasa diantara mereka. Lia tak ingin memantiknya dari bara hingga bisa menyala.

Lebih baik menghindar daripada dihajar dan terkapar. Manusia yang tengah cemburu bisa berbuat liar mengalahkan kejamnya singa nan lapar.

"Ikut saja, Lia," titah nyonya yang datang tiba-tiba.

Kulsum datang membawa senyum. Lia bukannya bahagia, tapi malah curiga. Apakah mungkin harimau galak bisa dalam sekejap jinak? Impossible. Dari cerita tentang Nyonya Kulsum yang wara-wiri di telinga, Lia tahu betapa kejam dan bengis sang majikan. Senyum yang disungging mencurigakan.

"Malah bengong, ganti baju sekarang!Bantu jaga Noura. Kami akan belanja," teriak Nyonya. Nada suara meninggi. Kesal melihat Lia yang hanya diam termangu.

Lia bergegas mengganti pakaian meski enggan. Atun menatap kasihan. Apalagi rencana nyonya besar? Semoga Lia selalu dalam lindungan-Nya. Terhindar dari niat buruk nyonya.

                          *****

Pusat perbelanjaan mewah dengan seketika membuat Lia membelalakkan mata. Celingak-celinguk. Kikuk. Baginya yang biasa hidup di desa pemandangan ini begitu mengagumkan. Kemewahan seperti ini hanya sebuah hayalan.

Deretan toko dengan segala rupa produk membuatnya terpesona. Noura mengajak pergi ke sana-sini. Memborong keperluan. Lia hanya mengekor di belakang.

"Ini buat Ummi. Ini pasti membuat ummi makin cantik." Noura memilihkan beberapa potong pakaian.

Lia menggeleng kepala. Menolaknya. Rasanya tak pantas menerima pemberian mahal itu. Bagaimana pula sikap Nyonya Kulsum jika Lia mengatakan iya. Bukan tak mungkin Noura terkena hukuman.

"Jangan, sayang. Terima kasih. Saya tak pantas menerima pemberian itu."

"Ayolah, Ummi. Terima saja. Noura ingin memberi hadiah untuk Ummi."

Lia menggeleng kepala.

"Terima saja, Lia. Itu hadiah atas perhatianmu selama ini padanya.  Mungkin tak lama lagi Noura tak membutuhkan jasamu lagi. Maka nikmati selagi bisa. Kelak Noura akan ada yang menjaga."

Lia terkejut dengan suara nyonya yang datang tiba-tiba. Terlebih dengan ucapan nyonya yang seolah ingin mendepak dirinya dari keluarga Azis.

Hati Lia teriris perih. Entah sejak kapan Lia merasa jika keluarga Azis adalah keluarganya. Sakit hati jika kini harus menerima kenyataan keluarga Azis adalah orang luar. Lia hanya orang asing yang singgah dan kini harus pergi melangkah.

Kepincut Cinta Majikan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang