Pagi ini Nana lagi pengen sarapan roti sama selai kacang. Dia udah duduk anteng di meja makan sambil ngolesin selai.
"Dedek mau makan apa hari ini?" tanya Bi Ina yang lagi ngaduk teh.
"Apa aja deh Bi,"
"Oh iya, Kak Fathur udah pergi Bi?" tanya cewek itu. Soalnya dari tadi dia nggak ngeliat Fathur.
"Belum kok, tadi bibi liat masih ada di kamarnya."
Selang beberapa menit cowok itu keluar dengan seragam yang udah rapi.
"Fathur, sini sarapan dulu. Mau minum susu juga?" tanya Bi Ina.
Fathur duduk di depan Nana, "Boleh bi. Ada susu coklat?"
"Ada kok, ada. Sebentar ya"
Nana nyodorin sepiring roti yang udah dia olesin selai tadi. "Dimakan, Kak."
"Makasih."
Dan hening. Fathur sibuk sama rotinya, sedangkan Nana lagi berusaha buat tenangin jantungnya.
Belum terbiasa sama keadaan yang kayak gini, bener-bener canggung banget.
Bayangin lo sekarang serumah sama orang yang lo suka.
Gila aja udah. Nana nggak tau kedepannya bakal kayak gimana.
*
*
*Sebenarnya Nana udah nolak buat pergi ke sekolah bareng Fathur, tapi tetep aja dia maksa. Yaudah alhasil Nana sekarang lagi disinisin sama para cabe-cabean.
Iri kan lo semua sama gueeeeee
"Oh itu yang tadi dibonceng sama Fathur?"
"Anak kelas sebelas bukan sih?"
"Dih biasa aja mukanya"
"Cantikan juga gue keleus"
"Masa iya selera Fathur cewek bantet kayak gitu?"
"Iya anjir kayak anak smp dah, kecil amat"
Pengen gitu Nana balesin satu-satu.
HE GUE KECIL GINI IMUT YA LO NYA AJA SEMUA IRI SAMA KEMBARAN EUNHA GFRIEND KAN HA NGAKU
Tapi nggak mungkin. Mereka banyakan sedangkan Nana sendirian. Ntar kalo dikeroyok kan nggak lucu bor, masih pagi pula.
"Gausah di dengerin, iri tuh sama lo"
Nana refleks nengok ke sampingnya dan ngeliat Jojo. Cowok itu baru dateng, soalnya masih nyampirin tasnya di bahu.
Cowok itu muter badannya dan sekarang jadi jalan di belakang Nana dengan tangan di dua bahu Nana. Jadi kayak kereta-keretaan gitu.
"Ayo buruan ke kelas, ntar kuping gua panas," celetuk cowok itu yang sengaja dikerasin suaranya.
Jojo aku padamuuuuuu
Setelah sampe di kelas, Nana langsung ngibrit ke tempatnya dan nggak lupa bilang makasih sama Jojo.
"Napa dah lu?" tanya Ara.
"Disinisin sama geng cabe-cabean noh,"
"Lah? Kok bisa?" tanya Ara serius. Kenapa lagi sama temennya ini?
"Si ketos"
"Kak Fathur maksud lo?"
"Emang ketos disini ada berapa sih Ra?" gemes Nana. Udah tau Fathur masih nanya aja.
"Cerita."
Nana ngeliat ke arah pintu sebentar terus balik ngeliat Ara lagi. "Gue berangkat bareng dia tadi, pas nyampe parkiran pada diliatin sama para nenek sihir itu. Yaudah disambungin kayak pipa, terus gue diliatin sambil disindir sepanjang koridor,"
"Heran ya anjir, itu nenek sihir semuanya iri banget sama gue kayaknya sampe ngatain gue anak smp"
"Tapi gapapa itu artinya gua imut."
"Gitu doang?! Gitu doang lo diliatin sepanjang koridor? Emang sinting," komentar Ara.
Nana ngangguk, "Emang lebay banget."
"Tapi, nggak deh. Emang pantes mereka ngeliatin, Kak Fathur kan belum pernah ngebonceng cewek," lanjut Ara.
"Nggak mungkin lah, masa iya belum pernah? Bisa aja temen kelasnya pernah dia boncengin" sanggah Nana.
"Nggak Na, beneran. Lo gimana sih katanya naksir sama dia tapi hal kayak gitu aja nggak tau???"
"Tapi gimana ceritanya lo bisa bareng dia?" lanjut Ara.
Yah.
"Hah? Oh, itu, eng- nggak sengaja ketemu deket halte."
"Oh, gitu."
Gila aja kalo Nana bilang sekarang Fathur sama dia serumah.
Nana juga pengen ngakuin, tapi pengennya ngakuin rumah tangga bareng Fathur.
CIAAAAAAAAAA

KAMU SEDANG MEMBACA
kak fathur
Teen Fiction[DISCONTINUED] 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝑲𝒂𝒌 𝑭𝒂𝒕𝒉𝒖𝒓. ------ warn ; memang terinspirasi dari kakak ugm, tapi ini versiku hehe.