.
.
.
Olivia kembali bangun di tengah hamparan rumput hijau yang luas, bedanya dia sudah berada di dekat pohon rindang yang kemarin, telinganya mendengar suara gadis kecil yang sedang tertawa, dia yakin itu adalah Putri Abby.
Olivia bangun lalu mendekati suara itu, perlahan dia bisa melihat dua sosok yang dia kenal berada dibalik pohon, itu adalah Luke dan Putri Abby.
Luke terlihat sedang mengangkat tubuh kecil Abby yang sepintas terlihat terbang di udara, mereka berputar-putar sambil tersenyum lebar, begitu bahagianya mereka sampai Olivia tidak ingin mengganggu mereka berdua.
Hatinya menghangat setiap melihat senyum itu terukir di wajah Luke, Olivia merasa ingin membuat Raja Luke di kenyataan juga bisa tersenyum seperti itu, tapi kapan dia bisa melakukannya?
Itu pasti akan memakan waktu sangat lama, karena menyembuhkan hati seseorang itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, makanya Olivia tidak ingin menjalin kasih dengan siapapun karena takut hatinya sakit terlebih dia bukan tipe orang yang mudah melupakan rasa sakit.
Mungkin dirinya tidak jauh berbeda dengan Raja Luke, dia memendam rasa sakit itu sendirian yang akhirnya sifatnya berubah, entah itu menjadi lebih baik atau bahkan buruk.
Tapi kebanyakan orang akan berubah menjadi buruk setelah dia mendapatkan rasa sakit, karena hati mereka akan memberontak kalau terus berada di bawah kaki orang lain, hanya bisa di injak dan diperlakukan seenaknya.
Namun kasus yang menimpa Luke tidaklah seperti itu, dia hanya sedang kehilangan tujuan hidupnya di dunia, dia sudah tidak punya siapapun lagi yang membuatnya berfikir untuk apa dia masih hidup, pada siapa dia akan berbagi rasa sakit? Siapa juga yang mau mendengar keluh kesahnya?
Olivia tersenyum masam saat memikirkannya, dia teringat dengan keadaan Raja saat dia menangis di pelukannya, itu adalah rasa sesak yang selalu dia pendam sendirian, Olivia yakin Raja selalu menangis saat mengingat orang tersayangnya yang telah tiada saat dia sendirian.
Luke berhenti berputar dan menyimpan Abby di tanah, setelah itu dia menjatuhkan dirinya ke tanah sambil tertawa, "hahaha.. kepalaku terasa berputar.." ujarnya sambil mengatur nafas.
"Kepalaku juga pusing Kakak!" ucap Abby yang menjatuhkan tubuh kecilnya diatas tubuh Luke.
"Akhh.. tubuhmu berat Abby.."
Abby memajukan bibirnya cemberut, "aku tidak berat Kakak! Aku itu ringan bagai kapas!" marahnya.
Luke terkekeh mendengarnya, Adiknya itu memang gampang sekali tersinggung dengan sesuatu yang kecil.
"Baiklah, kau tidak berat, hanya saja kau membuat Kakak tidak bisa bernafas.."
Muka Abby yang asalnya terpendam di dada Luke mulai menatap kearah mata Kakaknya dengan tajam, "sudah kubilang aku itu ringan bagai kapas!"
Olivia terkekeh pelan melihat kelakuan Abby yang menggemaskan, dia jadi teringat dengan Esme, bagaimana keadaan gadis kecil itu sekarang ya? Olivia harap dia sudah tidak diganggu anak-anak nakal lagi.
"Kak Olivia!" teriak Abby sambil berlari menghampiri nya.
Dengan keras Abby menabrakkan dirinya ketubuh Olivia sampai dia rasanya hampir terjatuh, tangannya berusaha memeluk kedua kaki Olivia yang jenjang, namun tangannya tak dapat melingkar sempurna.
"Ayo bermain bersama-sama!" ucap Abby dengan semangat.
"Aa.. ahh.. oke oke, kalau begitu kita bermain apa?" tanya Olivia lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Not a Girl
FantasyKayden Allen, pemuda bersurai pirang dengan warna mata biru muda cerah itu tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah 180° hanya karena membaca sebuah buku tua. Buku itu mengisahkan tentang seorang wanita berparas buruk rupa dan sangat miskin...