.
.
.
.
.
Saat ini Olivia sedang berjalan menyusuri sebuah sungai, dan tentu saja dia tak sendirian disana, ada shadow milik Levin yang terus mengawasinya dari belakang.
"Rasanya seperti sedang di ikuti oleh hantu saja." (╥_╥)
Meskipun Olivia belum yakin, shadow ini adalah hantu atau apa, tapi yang jelas dia merasa sangat panas kalau berada terlalu dekat dengan makhluk berkabut itu.
Olivia berhenti sejenak melepas lelah dan duduk di sebuah batu besar di pinggiran sungai, dia memandang kearah sungai dan menatap pantulan wajahnya di sana. Rasanya Olivia sudah lama sekali tidak bercermin seperti ini, bahkan dia takut lupa seperti apa mukanya yang asli.
Saat pikirannya sedang kosong, tiba-tiba dia merasakan ada seseorang yang melempari nya dengan batu kecil. Karena kaget, Olivia dengan cepat menengok kanan kirinya, namun dia tak menemukan siapapun disana selain shadow yang berada tidak jauh di belakangnya.
Lemparan batu itu kembali di rasakan Olivia, dan kali ini batu itu tepat mengenai kepalanya.
"Ouch.."
Olivia mengusap bagian kepalanya yang terkena lemparan batu tadi, tapi itu sungguh sangat mengesalkan. Apa mungkin ada roh jail yang sedang mempermainkan nya?
Beberapa saat kemudian kupingnya bisa mendengar sebuah suara seruling dari sebrang sungai. Tepat berada di depan Olivia suara itu berasal, tapi siapa yang melakukannya?
Tanpa Olivia sadari, shadow yang menjaganya menjauh sedikit darinya, mata Olivia menangkap pergerakan pada semak-semak di sebrang sungai, dan tidak lama kemudian muncul sosok yang sangat aneh mungkin?
Sosok itu adalah seorang pria yang memakai baju tuxedo putih, dan dia juga memakai topeng berbentuk kelinci yang menurut Olivia mungkin sedikit mengerikan.
Olivia yakin dia lah dalang dari pelempar batu tadi, tapi siapa dia?kenapa dia melakukan itu?
Pria itu berhenti memainkan seruling nya dan berdiri diam menatap lurus ke arah Olivia, karena merasa sedikit resah, Olivia akhirnya bertanya duluan.
"Siapa kau?" tanya Olivia.
Pria itu memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara perlahan, dan itu berhasil membuat Olivia sedikit bergidik ngeri melihatnya. Rasanya seperti dia sedang berhadapan dengan seorang psikopat di dalam film-film horror.
"Kau," tunjuk nya pada Olivia.
Olivia menelan ludahnya dengan susah payah, "a.. ada apa?" tanyanya dengan takut.
Pria itu tersenyum lebar dengan sangat menakutkan, "kau takkan bisa pergi dari sini," ucapnya pelan, meskipun dia berbicara pelan tapi suaranya masih cukup jelas bisa di dengar telinga Olivia.
"Apa maksud mu?"
Pria itu berjalan mondar-mandir dengan tatapan masih tertuju padanya, "kau takkan bisa kabur darinya," ucapnya menggantung.
Dia berhenti lalu membungkuk miring, "sebelum kau tahu bagaimana cara menaklukan si hitam," lanjutnya dengan masih tersenyum lebar.
"Apa maksud mu?" tanya Olivia yang benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ingin orang itu sampaikan.
Pria itu berdiri tegak layaknya seorang prajurit dengan kedua tangan yang terlipat di belakang punggungnya, "kau akan tahu nanti," setelah itu dia merogoh saku jas tuxedo nya dan mengeluarkan sebuah benda, "tangkap ini Nona!" teriaknya sembari melempar benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Not a Girl
FantasiaKayden Allen, pemuda bersurai pirang dengan warna mata biru muda cerah itu tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah 180° hanya karena membaca sebuah buku tua. Buku itu mengisahkan tentang seorang wanita berparas buruk rupa dan sangat miskin...