Chapter 9

872 121 0
                                    

.

.

.

"Nona.. "

"Nona Olivia.. "

"NONA!"

Olivia langsung terlonjak kaget dengan suara panggilan salah satu pelayan yang saat ini sedang mendandani nya.

"Ahh.. ada apa?" tanya Olivia bingung.

"Nona, saya sudah memanggil anda berkali-kali tadi, apa ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran anda saat ini?" tanya pelayan itu khawatir.

"Huh? A.. aku baik-baik saja," ucap Olivia yang kembali melamun.

Sebenarnya Olivia jadi seperti ini karena masih mengingat peringatan dari seseorang yang bahkan belum pernah dia kenal sama sekali, Alexander nama itu tidak pernah ada di dalam buku cerita dongeng, lalu kenapa pria itu mendatanginya dan bahkan berbaik hati untuk memperingatinya?

Sebenarnya siapa orang itu? Bahkan Olivia bisa merasakan dari tatapannya yang tajam, kalau pria itu mengetahui sesuatu yang tidak dia tahu, tapi apa itu?

Olivia mengusap mukanya kasar, semakin dia memikirkannya, semakin juga dia penasaran dengan siapa sebenarnya pria bermata hijau itu.

Para pelayan yang sebenarnya sudah selesai mendandani Olivia hanya bisa menatap gadis itu dengan bingung, kira-kira apa yang membuatnya terlihat begitu frustasi?

"Nona, kami sudah selesai mendandani anda," ucap salah satu pelayan yang kembali membuyarkan lamunan nya.

"Ah.. sudah selesai ya? Baiklah terimakasih," ucap Olivia yang langsung berdiri dan berjalan menuju ruang makan untuk makan malam.

Dia berjalan di lorong istana dengan langkah yang pelan, pikirannya sedikit kacau saat ini karena kalau apa yang di peringati pria itu benar adanya, dia harus siap untuk menghadapinya.

Sebelumnya Allen sudah pernah berhadapan dengan para preman di kota London, dan yang memenangkan perkelahian itu adalah dirinya sendiri tanpa bantuan siapapun, meskipun dia mendapatkan banyak luka yang cukup serius saat itu.

Namun rasanya ini sedikit berbeda, dia tak berani memakai tubuh wanitanya ini untuk melakukan tindak kekerasan, dia takut akan terjadi sesuatu yang lebih parah dari apa yang bisa dia bayangkan nanti.

Tapi kalau tidak dia hadapi, malah akan lebih parah, atau mungkin dia harus beritahukan ini pada Raja bahwa dia akan di incar untuk di bunuh?

"Itu.. sepertinya bukan ide yang bagus.." batinya menolak.

Olivia menghembuskan nafasnya kasar, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dan sepertinya satu-satunya jalan keluar hanyalah menghadapi pembunuh itu dengan tangannya sendiri, dia tidak ingin minta tolong pada siapapun, karena dia tidak ingin membuat orang lain khawatir padanya.

Saat sampai di ruang makan matanya tidak menemukan sosok Raja, tidak biasanya Pria itu belum datang, padahal Raja selalu menjadi orang pertama yang sampai dan menunggu di sini.

Olivia tidak peduli, dan dia langsung mengambil tempat duduk di kursi biasanya, kepalanya menunduk kebawah, dia sedang mencoba mengingat kembali alur cerita di dalam buku dongeng itu.

Kira-kira setelah dia bertemu dan berkenalan dengan Frederick sang tokoh antagonis, tokoh utama memang diceritakan hendak di bunuh oleh suruhan Raja Nicholas, musuh dari Raja Luke.

Tapi apa itu adalah malam ini?

Rasanya Olivia masih belum siap menghadapi semua itu, karena setelah dia di incar untuk di bunuh akan muncul masalah lainnya yang bahkan membuat otaknya terasa pusing.

I am Not a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang