.
.
.
Malam telah tiba, beberapa lampu obor menjadi pencahayaan para pekerja untuk mengangkut tong dan peti berisi makanan kedalam kereta kuda.
Mereka semua sedang bersiap-siap untuk memulai perjalan panjang menuju Desa Orwitch, salah satu Desa terjauh yang masuk kedalam wilayah Kerajaan Toutius.
Sepasang mata memperhatikan kegiatan itu dari balik semak-semak, dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk bisa mengendap-endap masuk ke salah satu kereta kuda itu.
Tekadnya sudah kuat untuk ikut, meskipun dia sudah tahu dengan konsekuensinya, tapi dia tidak ingin melewatkan perjalanan seru seperti di film-film yang sering ia tonton.
Setelah dirasa tidak ada orang lagi, dengan perlahan dia keluar dari tempat persembunyiannya, tampilannya yang sekarang sangat berbeda. Rambut pirang yang biasanya dibiarkan jatuh begitu saja, sekarang di ikat membuat leher putihnya terekspos.
Dia berlari mengarah ke kereta kuda terdekat, namun saat dia hampir sampai di mulut kereta telinganya mendengar suara orang yang mendekat, dengan cepat dia bersembunyi di sisi lain kereta.
"Apa kita benar-benar akan melewati lembah Zivlis?" tanya seorang pria.
"Ya, kita akan melewatinya," jawab temannya.
"Apa tidak sebaiknya kita memilih jalan berkeliling?"
"Itu akan memakan waktu yang sangat lama kau tahu?"
Mereka berhenti tepat di mulut kereta yang bertepatan dengan Olivia bersembunyi di sisi lain. Gadis itu menahan nafasnya saking takut ketahuan.
"Aku dengar ada satu penyihir yang tinggal disana."
"Benarkah? Aku harap kita tidak akan bertemu dengan Penyihir itu."
"Ya aku juga harap begitu."
Setelah cukup memeriksa isi kereta, mereka pun pergi dari sana, akhirnya Olivia bisa bernafas dengan lega, dia mencoba mengintip sedikit untuk memastikan dua pria itu sudah pergi jauh.
Dia berdiri dan mulai masuk ke dalam kereta, disana sudah banyak peti dan tong yang penuh dengan makanan, seperti roti, buah-buahan segar, lalu ada beberapa karung gandum, semua makanan ini memang diperuntukkan untuk bepergian jauh.
Olivia mencari tempat untuk dirinya duduk, setelah mendapatkan tempat yang nyaman, dia tinggal menunggu Oliver datang, itupun kalau dia ingat.
Suara orang terdengar dari bagian depan kereta, apa mungkin sudah mau berangkat?
Beberapa detik kemudian Olivia bisa merasakan kereta mulai berjalan, hatinya berdetak dengan kencang, dia akan merasakan petualangan yang belum pernah dia rasakan, sayangnya Oliver tidak ada di sisinya untuk menemani perjalanan ini.
Kereta kuda berjalan dengan pelan, Olivia tidak bisa melihat keluar karena ada kain yang menutupi mulut kereta, karena penasaran akhirnya dia membuka sedikit dan ternyata kereta belum keluar dari gerbang.
Lalu Olivia menangkap sosok pria berjubah hitam berlari kearah kereta dengan cepat, belum sempat Olivia menatap mukanya pria itu melompat masuk dan menabrak tubuhnya sampai terjatuh.
BRUUKK..
"Akhh.." ringis mereka berdua.
Pria itu bangun dan menatap Olivia yang berada di bawahnya, dengan cepat dia menyingkirkan badannya setelah sadar telah menindih tubuh gadis itu.
"Apa kau mendengar sesuatu yang jatuh di belakang?" tanya seorang pria di depan kereta.
Mereka berdua mematung ketakutan, kalau sampai mereka ketahuan menjadi penumpang gelap, semua rencananya yang telah mereka buat akan hancur berkeping-keping.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Not a Girl
FantasyKayden Allen, pemuda bersurai pirang dengan warna mata biru muda cerah itu tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah 180° hanya karena membaca sebuah buku tua. Buku itu mengisahkan tentang seorang wanita berparas buruk rupa dan sangat miskin...