24. Dalarisa

74 5 0
                                    




Aku selalu tahu kedatangannya. Isyarat sebuah rasa yang menjadi kebiasaan. Di dekat istana terdapat bukit yang indah, tapi tidak siapapun dari kami mengunjunginya. Hanya Ales, dia satu-satunya orang yang datang kesana, berdiri memunggungiku sembari menundukkan kepala di bawah pohon. Aku selalu tahu apa yang dilihatnya dalam diam. Sebuah makam, dengan nisan tanpa nama. Tidak ada yang tahu siapa yang dimakamkan disana, aku sendiri ragu tentang kebenarannya. Melihat usianya, makam itu sudah berusia lebih dari seratus tahun. Teringat saat aku menanyakan kepadanya 'Kenapa?' dan Ales hanya mengatakan bahwa tempat ini membuatnya rindu. Seperti angin yang berhembus, aku tidak perlu menyapannya untuk menyadari kehadiranku. Ales berbalik melihatku, dia tersenyum dengan rambut tersapu angin. Sadar atau tidak, sejak bergaul dengan Daris, Ales suka sekali menggunakan warna putih, atau warna lain yang menunjukkan kesan lembut, membuatku yakin dengan kerapuhan yang disembunyikan disana.








Memory X AlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang