O

527 79 3
                                    

Rombongan tiba di Kyuna. Desa gersang tanpa air meski didaerah lain turun hujan. Tidak dengan disana.

Sungai-sungai masih kering, ada banyak jejak bangkai ikan dan hewan sungai yang direbutkan oleh kawanan semut. Kering dan mengeluarkan aroma tidak sedap, menyengat hingga menusuk indra penciuman.

Mantel sudah Izayoi lepas sejak tiba diperbatasan. Menatap sekeliling dengan dahi berkerut dalam.

Sepertinya desa ini mengalami kemarau panjang.

Izayoi berkeringat, bahkan ia sampai melepas jubah krem dan menyimpannya dirumah Kunieda. Tak lagi hakama, ia mengenakan dress merah sebatas betis yang pinggirannya terbelah hingga sebatas paha yang terbalut celana krem selutut.

Ia membawa keranjang bambu, mengambil beberapa sample tanaman kering, tanah dan beberapa bagian bangkai hewan. Membungkusnya dengan sebuah daun lebar yang ia petik sebelum masuk desa.

Izayoi kembali ke rumah Kunieda, berjalan menuju sebuah ruangan yang sudah ia sterilkan. Tertutup rapat dan hanya dirinya seorang didalam sana.

Izayoi mulai mencampurkan beberapa ramuan yang ia buat sendiri dengan sample yang ia dapatkan. Menunggu selama 30 menit sambil meneliti object lain dengan peralatan seadanya yang ia miliki.

Izayoi mengaduk larutan berwarna kuning, mencampurkan beberapa sendok tanah kedalamnya. Lalu menyalakan sebuah lilin bersumbu biru dan membakar larutan tersebut.

Dahi Izayoi kembali berkerut dalam. Buih yang dihasilkan jauh lebih banyak dari tanah normal. Berwarna hitam pekat dengan sedikit asap yang mengepul.

Bahkan tanah inipun mengandung banyak bakteri negatif.

Izayoi mengambil selembar daun yang berbeda dari tas kecil yang berada dipinggangnya, menuangkan beberapa tetes sampel bangkai yang sudah bercampur ramuan disana.

"Ternyata benar dugaanku. Virus yang sama yang menyerang rusa telah menyebar sampai kesini. Akan berbahaya jika dibiarkan terus menerus."

Izayoi menghabiskan waktu lebih dari 8 jam didalam sana. Mengeluarkan perkamen kosong, menuliskan sebuah mantra yang membentuk bulatan diakhiri dengan meneteskan sample dibagian tengah.

Tetesan itu menguap dengan cepat, berubah menjadi asap yang menghilang bersama udara. Untuk alasan itulah Izayoi tersenyum tipis.

Penawar sudah berhasil!

Izayoi bangkit dari duduknya, melakukan gerakan kecil untuk melemaskan otot tangan, leher dan pinggang. Membuka pintu dengan wajah penuh kepuasan sambil menghirup udara dengan hawa panas yang sebentar lagi akan berganti. Langkahnya ia percepat saat pintu aula dimana Kakashi, Itachi dan Kunieda berada sudah terlihat.

ZZZZRRT...

"Aku berhasil memecahkannya!"
Izayoi berseru, semua pasang mata menatapnya dengan ekspresi kelegaan.

"Kita hanya memerlukan air sebagai media. Itachi, Kakashi, aku minta kerjasama kalian!"

Kedua pria itu mengangguk, kemudian berdiri menghampiri Izayoi yang masih berada diambang pintu.

Kunieda ikut berdiri, diikuti para wanita yang duduk disamping kanan dan kirinya.
"Tapi itu mustahil, tidak ada air disini! Kalaupun ada, tidak akan cukup untuk menyiram seisi desa."

Dengan penuh percaya diri, Izayoi tersenyum. "Tenang saja, kepala desa yang terhormat. Dua pria ini adalah orang yang sangat luar biasa."

Itachi lalu berbisik ditelinga Izayoi, "Dia benar, air disini sangat sedikit. Walaupun kita menggunakan suiton no jutsu, tetap tidak akan cukup karena disini sudah sangat kering."

ANOTHER BODY SEASON 2 [ F I N ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang