#pacar_lelaki_suamiku
(Part 9)
Aku menatap kartu nama itu. Lalu melihat ke arah Kellen yang tersenyum penuh kemenangan. Ia mengedipkan sebelah matanya padaku, menantang terang-terangan.
Baiklah, akan kuterima tantanganmu, wahai pelakor laki-laki terkutuk.
Aku meremas-remas kartu itu, membuangnya ke lantai, lalu menginjaknya sambil menatap lurus pada Arga. Ia hanya memperhatikan gerak-gerikku dengan wajah kikuk.
Jangan berani mendekatiku jika Kellen masih berada satu ruangan denganmu, Arga. Pesanku lewat tatapan mata yang kucoba isyaratkan padanya. Entah dia mengerti atau tidak ancamanku. Selama sisa keberlangsungan acara, kami hanya diam. Sementara Kellen, mengekor Arga kesana-kemari seperti anjing Chihuahua bodoh.
"Hai, Kellen! Kau datang juga?" Lita menyapa laki-laki itu akrab. Wah, sungguh reuni yang menyenangkan. Tak ketinggalan Jena, yang juga ber'say hi' ria pada laki-laki abnormal itu. Aku merasa hidup di tengah-tengah planet asing. Sudah seharusnya memang mereka mengenal satu sama lain.
Tapi, hanya aku yang tahu rahasia besar di balik ini semua, bukan?
"Ya. Aku memutuskan untuk datang. Siapa tahu Pak Bos membutuhkanku." Ia menjentikkan dagunya ke arah Arga yang berdiri tak jauh sambil memegang segelas minuman. Arga melirik sekilas pada Kellen, lalu dengan wajah datar menenggak minumannya.
Acara akad telah selesai. Kini kami berada di bibir pantai, dimana resepsi berlangsung. Tidak seperti resepsi pada umumnya, tempat duduknya ada bermacam model. Dari model lesehan dengan bantal-bantal empuk, atau meja sepanjang 10 meter dengan kursi Tiffany berderet, juga meja-meja bulat dengan 2 kursi tersebar di berbagai spot. Hidangannya beragam. Dari appetizer, main course, dan desert. Gubukan-gubukan berderet di bagian luar teras belakang hotel. Kambing guling, seafood, Chinese food, semua lengkap tersedia. Panggung musik ada di bagian lain sisi pantai, masih sekitar teras hotel. Sebuah band ternama menunjukkan performanya. Santai, dengan lagu-lagu romantis.
Aku menyentakkan kepalaku ke arah salah satu meja bulat, ketika Arga kebetulan melihat ke arahku. Mau tak mau ia menurut. Semenjak ia datang, aku belum sempat bicara berdua saja dengannya.
Aku mengajaknya ke meja yang letaknya agak jauh dari orang-orang. Tak kupedulikan tatapan mata Kellen yang seolah hendak mengutukku jadi batu.
"Kita duduk disini." Kataku pada Arga, sambil menarik kursi. Arga menatap wajahku yang dingin.
"Maafkan aku. Aku tidak tahu dia datang kesini. Ia muncul begitu saja, tiba-tiba," ucapnya begitu duduk. Aku diam dan memperhatikannya lekat-lekat.
"Kau dan dia rekan kerja? Kenapa tak pernah beritahu aku?"
"Aku lupa," sergahnya. Namun matanya tak berani menatapku. Ia jelas berbohong.
"Apa lagi yang tak aku ketahui, Arga?"
"Tidak ada. Sudahlah. Kita tak usah membahas ini. Biarkan saja dia seperti itu."
"Bagaimana aku akan membiarkan ini?!" Aku meradang mendengar omongannya. Mudah sekali ia bilang 'biarkan saja' seperti itu.
"Lalu kau mau apa?"
"Arga! Kau harus jauh-jauh dari orang itu! Mengerti? Pecat dia sekarang juga. Aku tak mau tahu. Kau bisa mendapatkan penggantinya dari manapun. Aku rela memberikan salah seorang tim terbaikku untuk menggantikannya."
Ia mendecak malas. Tatapannya dilemparkan ke segala arah. Seperti mengacuhkan kekesalanku.
"Kamu masih mencintainya, ya?" Tanyaku pelan. Senyum tipis dan sinis kusinggingkan jelas-jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
She or He? (Telah dinovelkan)
RomanceBagaimana jadinya bila seorang wanita menikah dengan seorang gay? Sofia, seorang pemilik WO terkenal, menikahi Arga yang juga bekerja di bidang pernikahan. Namun sedari awal, Arga sudah berterus terang pada Sofia jika ia adalah gay. Sofia tetap maju...