Part 4

329 23 0
                                    

Beberapa jam sebelumnya

Wira sedang duduk santai di balkon Hotel tempatnya menginap beberapa hari ini, saat handphone nya berbunyi meminta perhatian. Wira mengambil handphone itu dengan malas. Dia sudah tau siapa yang berani menelponnya saat dia sedang tidak ada di surabaya.

"Halo, kenapa lagi?" Tanya Wira kesal. Dilemparkannya punggung nya menempel ke belakang kursi dengan kesal sambil memejamkan mata. Sudah cukup beberapa hari ini dia dibuat kesal karena informan nya salah memberikan informasi sehingga membawanya terdampar di Malang.

"Wo wo, sabar bro. Jangan marah dulu. Aku berani bertaruh habis ini kamu bakalan berterima kasih sama aku," lawan bicaranya di ujung sana sepertinya sengaja memancing emosinya.

"Cepetan ngomong, AQ gak punya banyak waktu. Kalo kamu gak ngomong sekarang ak.."

"Qiara bro,"

Wira menegakkan punggungnya dan berdiri dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Antara senang, khawatir atau...

"Qiara ada disini, dia kerja di Rumah Sakit ini. Barusan aku ketemu sama dia, dia lagi dinas hari pertama. Mendi...."

Belum sempat lawan bicaranya menyelesaikan perkataannya, Wira bergegas masuk ke kamar nya, memasukkan barang-barang dan segera turun ke basement Hotel, masuk ke mobil dan melajukan mobilnya ke jalan raya. Kemana lagi kalo bukan pulang, ke Surabaya, bertemu dengan perempuan yang sudah 3 tahun ini dicarinya.

Sepanjang perjalanan Wira tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Tak henti-hentinya dia tersenyum, hal yang sangat jarang dilakukannya. Kehilangan Qiara sangat berdampak pada kehidupannya. Membuatnya murung, gampang terpancing emosi, menutup diri dari dunia luar. Dia hanya akan tersenyum tulus pada pasien-pasien nya, walaupun orang lain menganggap itu hanya senyum palsu.

Tak terasa setelah perjalanan panjang akhirnya Wira sampai di Rumah Sakit. Tak dipedulikannya tatapan para pegawai dan para pengunjung Rumah Sakit yang lalu lalang, mungkin mereka heran melihat penampilannya sekarang. Dokter Wira yang selalu berpakaian rapi, terlihat hari ini hanya memakai kaos oblong dan jeans dengan warna yang sudah memudar. Cepat-cepat dia berlari ke arah tangga, menuju lantai tiga dimana ruang Kebidanan berada. Sesampainya di depan ruangan Kebidanan, Wira mendorong pintu ruangan dengan penuh semangat. Menimbulkan bunyi benturan yang sangat keras. Dan melihat perempuan yang sangat dirindukannya terluka karenanya.

Kisah Masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang