"Ini ada acara apa sih?!" Bisik Beomgyu di telinga Aya. Mereka berdua duduk berdampingan di rumah keluarga Hyunjin.
Bingung? Sama. Baik Beomgyu, Hyunjin maupun Aya sama bingungnya. Mereka hanya disuruh ikut untuk makan malam, dan ternyata bertemu di satu titik.
Hyunjin melihat Aya kemudian Beomgyu, perasaannya tiba-tiba jadi tidak enak.
"Kalian sudah saling kenal, kan?" Aya tahu siapa yang bicara, dia Bunda nya Hyunjin.
Ketiganya mengangguk bersama. Disini tidak hanya ada mereka bertiga, ada Eunbi, Minho dan juga Yeonjun, Kakak Beomgyu.
"Kalian pasti bingung kenapa tiga keluarga ini berkumpul di satu tempat." Kali ini suara Mama nya Beomgyu.
Giliran Mama Aya. "Kalian pasti akan terkejut ketika mendengar ini tapi cepat atau lambat dua dari kalian memang harus segera menerima perjanjian itu."
Aya POV
Aku diam. Tidak berani menyela atau bahkan bertanya tentang apa tujuan dari ketiga orangtua disini.
Disaat aku, Beomgyu dan Hyunjin serius mendengar, berbeda dengan tiga Kakak kami. Mereka mengobrol layaknya teman dekat. Dan sepertinya mungkin memang mereka berteman.
"Tapi setahuku Araya dan Beomgyu baru-baru berteman, benar?" Kata Mama.
Aku refleks mengangguk.
"Padahal sudah bertetangga lebih dari 2 tahun ya, tapi mereka baru akrab sekarang. Sia-sia rasanya kita pura-pura tidak kenal." Celetukan ini berasal dari Mama Beomgyu, Tante Eunha.
Aku tidak mengerti di bagian pura-pura tidak kenal itu.
Mama ku tertawa. "Iya, Eun. Padahal kita sengaja membuat mereka dekat secara alami, tapi ternyata tidak berhasil. Kita bahkan menunggu lama untuk itu. Malah Hyunjin dan Aya yang dekat dari jaman sekolah dasar."
Lalu kedua Mama-Mama yang lain tertawa menanggapi ucapan Mama barusan.
Anehnya para Papa disini diam semua, tidak ada yang menimbrung, sepertinya pemeran utama adalah para Mama-Mama saja.
Bunda Hyunjin tertawa lalu matanya melirik Hyunjin yang sekarang duduk di kananku. Beomgyu di kiri.
"Sayang, kau yakin masih mau mengatakan perjanjian aneh itu?" Ini Ayah Hyunjin, Hwang Minhyun. "Maksudku lebih baik kalian melupakannya saja. Itu sudah lama sekali."
"Benar kata Minhyun, Ma." Papa Beomgyu yang entah siapa namanya ikut menimpali kalimat Ayah.
"Lagipula aku juga setuju dengan mereka berdua. Perjanjian itu ada saat kalian masih di sekolah menengah akhir, saat ini sudah berbeda. Kalian juga bukan para remaja yang masih memainkan perjanjian konyol seperti itu." Ini suara Papa ku, berkali-kali dia menatapku penuh arti. "Aku hanya takut perjanjian yang kalian buat hanya akan menyakiti mereka. Tidak hanya satu yang terluka, mungkin ketiga nya."
Aku diam. Sebenarnya sudah tidak sabar untuk tahu apa isi perjanjian itu.
"Menyakiti bagaimana maksudmu Chan? Anak-anak pasti menerimanya." Mama melihatku. "Mereka harus menerimanya. Karna juga harus ada pengorbanan dalam kehidupan."
Beomgyu dan Hyunjin sama-sama diam tidak melirik ku sama sekali.
"Tapi Rose, kau tahu kalau mungkin salah satu dari mereka tidak ingin melakukan perjanjian kalian." Cetus Ayah Hyunjin.
"Saranku lebih baik kalian lupakan jangan menyakiti anak-anak." Papa Beomgyu tampaknya mulai tidak suka berlama-lama disini.
"Tidak bisa!" Bantah Bunda. "Perjanjian tetap perjanjian. Araya dan Beomgyu sudah dipasangkan sejak kami masih remaja! Memang benar kata kalian kalau kami tidak bisa memaksa anak-anak tapi ini sudah terjadi!" Suara Bunda yang dasarnya lembut pun ikut meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorit Boy❣ ✔
FanfictionTeruslah melukai, buat aku sadar kalau memperjuangkan mu itu tidak ada gunanya sama sekali... "Tidak masalah, Gyu. Aku baik-baik saja." Araya menahan nafasnya lantaran dadanya kian terasa sesak. "Selalu...aku selalu baik-baik saja." Dan pada akhirny...