Thirty Three

1.7K 221 26
                                    

"Choi Beomgyu!" Aya berteriak dari depan pagar rumah Beomgyu pagi-pagi buta. Yang keluar bukannya Beomgyu melainkan Mama nya, Eunha.

"Eh Aya. Masuk Ay, Beomgyu masih dikamarnya. Kalian akan berangkat bersama?"

Aya tersenyum. "Iya Tante. Aya belum memiliki janji berangkat bersama sebelumnya."

"Yasudah masuk dulu saja. Naik ke atas, kau sendiri saja yang menyuruhnya bersiap lebih cepat."

"Eh? Memangnya tidak masalah Tan?"

Eunha tertawa. "Masalah apanya? Kalau ada masalah ya tinggal di selesaikan saja. Dinikahkan misalnya." Eunha masih senyum-senyum tidak jelas menyambut Aya.

Dan dengan langkah pasti Aya menaiki tangga rumah Beomgyu, berharap semoga anak satu itu sudah siap.

"Hei!" Aya mengetuk cepat pintu kamar Beomgyu. "Ini aku. Kau masih lama tidak?"

Beomgyu berteriak dari dalam. "Aya? Kenapa naik ke atas!" dari nada suaranya terdengar panik. Aya terkikik sendiri di depan pintu.

"Makanya cepat! Sebentar lagi kelasku dimulai!"

"Ya tapi kenapa tidak bilang kalau kau ingin berangkat bersama! Tahu begini aku pasti selesai lebih cepat tadi."

"Beomgyu! Berhenti mengoceh didalam. Cepat keluar dan habiskan sarapanmu. Atau aku akan berangkat pakai bus saja."

"Iya iya! Tunggu sebentar Araya." tekan Beomgyu.






ㅎㅎㅎ







Aya kesal. Dia terlambat masuk kelas sekarang, karna ban motor Beomgyu tiba-tiba bocor ditengah jalan. Demi apa pun saat ini Aya benar-benar ingin memukul kepala Beomgyu itu.

"Marah?"

Sudah tahu gadisnya dalam mood tidak baik, dia malah mengajukan pertanyaan yang akan semakin membuat seorang gadis bertambah kesal.

"Maaf. Aku kan juga tidak tahu akan bocor."

Malas rasanya Aya merespon ucapan Beomgyu. Yang dia lakukan sekarang hanya memejamkan mata dan menegakkan punggung. Keduanya duduk di kursi tunggu perbaikan kendaraan umum. Atau yang sering di sebut bengkel.

"Harusnya tadi aku mendengarkan ucapan Mama saja untuk membawa mobil." Beomgyu menghadap Aya. "Jangan marah ya? Besok aku akan membawa mobil saja."

Aya berdecak lalu menatap Beomgyu geram. "Kau harus tanggung jawab sekarang." cecar Aya.

"A-apa maksudmu?! Memangnya tanggung jawab apa! Aku melakukan sesuatu ya?!"

"Ya! Berisik." balas Aya berteriak. "Jangan banyak bicara lagi. Aku benar-benar ingin memukul sekarang."

"Kau ingin memukulku, Ay?"

"Iya."

"Kenapa kau jadi seperti ini sih?

"Seperti ini bagaimana sih!" murka Aya.

Beomgyu ciut. "Ya seperti ini. Biasanya kau diam, sabar dan terlihat tenang. Hari ini kau heboh, berisik, galak dan tidak tenang sama sekali."

Setelah mendengar ucapan Beomgyu itu, emosi Aya semakin naik. Dan akhirnya Aya mengambil tangan Beomgyu yang bebas lalu mengigitnya dengan sekuat tenaga.

My Favorit Boy❣ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang