One

4.7K 358 16
                                    

Pagi ini terasa lebih hangat dari pagi-pagi sebelumnya. Araya berdiri di balkon kamarnya sedang menghirup aroma segar yang masih asri. Sudah lewat pukul enam pagi, tapi Araya enggan bergerak dari tempatnya.

Mama nya sudah berulang kali mengetuk pintu kamar, Araya sampai rasanya ingin membuat pintu besi agar Mama tidak mampu mengetuk lagi. Mama tahu Araya sudah bangun, tapi entah mengapa dia tetap mengetuk pintu.

"Ma! Araya sudah bangun. Berhenti mengetuk pintu nya." Sebal Araya.

Dia menatap ke sebelah rumah, seorang laki-laki baru saja akan masuk kedalam rumah. Sepertinya dia baru selesai olahraga pagi.

"Dia selalu terlihat menarik." Araya bergumam. Sedetik setelahnya dia menghela nafas. Selalu menghela nafas ketika matanya melihat laki-laki tersebut.

Setelah merasa cukup puas dibalkon, Araya memilih untuk masuk ke kamar mandi dan mulai menyiapkan diri. Dia sampai di dapur untuk menemui keluarganya tepat pada pukul 7 kurang. Araya biasa sarapan selama 15 menit, tidak lebih boleh kurang.

"Selamat pagi, Mama." Araya mencium pipi Mama. "Pagi juga Papa." Pipi Araya dicium oleh Papa.

"Kak Minho! Selamat pagi!" Untuk Kakaknya, Araya tidak mencium. Mereka sudah besar, sedang bertumbuh menuju dewasa. Araya tidak mau merasa canggung dengan Kakaknya kalau mereka masih bersikap sedemikian.

Araya takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

"Sejak kapan kalian berhenti memberi kiss satu sama lain?" Tanya Mama mengernyit dahinya. Ini adalah hari pertama Araya duduk di kelas senior dan Minho masih menganggur karna universitas akan dimulai bulan depan.

Minho menggaruk tengkuknya sendiri lalu melirik Araya. "Mama tahu kalau kami sudah besar. Masa kami terus-terusan bersikap manis?"

"Apa salahnya? Kalian saudara, kalian harus terlihat begitu kan?" Sahut Papa.

Araya menahan tawa. Saat ini dia tahu kalau Minho malas menanggapi kedua orangtuanya. Jadi lebih baik, Araya segera berangkat sekolah agar dirinya tidak ikut terjebak di kerumitan Minho.

Minho sendiri yang memutuskan untuk tidak memberi kiss satu sama lain setelah hari kelulusannya.

Araya menurut, tentu saja karna dia adik kecil yang baik.

Pagi ini, Araya berangkat sendirian. Karna Minho masih diinterogasi oleh Papa dan Mama Park, gadis itu memilih berangkat diam-diam. Untungnya halte bus, tidak jauh dari perumahan tempat Araya tinggal.

Masih tersisa banyak waktu untuk sampai menuju pukul 8 pagi. Saat ini masih pukul 7 lebih 15 menit, perjalanan menuju sekolah hanya membutuhkan waktu 30 menit kalau naik bus. Dan akan lebih cepat kalau naik motor atau mobil.

Banyak yang Araya lihat dijalanan, kebanyakan adalah para pelajar, karna ini hari sekolah nasional jadi banyak sekolahan yang memulai pembukaan di hari senin ini.

Setelah menghabiskan waktu 30 menit pas di dalam bus, akhirnya sampai juga. Araya langsung menuju lapangan outdoor tempat titik kumpul teman-temannya yang lain.

"Hei, Aya!"

Salah satu temannya berteriak, namanya Hwang Yeji, Kakak perempuan nya Yunseong. Tanpa membuang waktu, Araya menuju ke tempat Yeji dan ternyata hanya dirinya sendiri yang ditunggu.

Chaewon, Chaeryeong, Minju, Yeji dan Ryujin sudah hadir sejak pukul 7 pagi tadi. Mereka terlalu excited menghadapi hari pertama sekolah sampai-sampai mereka jadi rajin datang pagi-pagi seperti ini.

"Aku tidak menyangka Chaeryeong bisa melawan rasa kantuknya." Tawa semuanya pecah ketika Araya berceletuk.

Chaeryeong tampak segar, tapi tak menutup kemungkinan kalau anak itu sangat mengantuk sekarang.

My Favorit Boy❣ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang