[SELESAI] MosaicRile's short stories collection
🔞 This stories contain mature themes
"It is always words that undress you."
[NOVEL COPYRIGHT]
Kesamaan cerita, baik ide dan/atau plot, menulis ulang kembali dan memublikasikan atas nama pribadi pada m...
WARNING ⚠️ 21+ Jangan baca kalau nggak kuat adegan penyiksaan.
⚠️☠️⚠️☠️⚠️☠️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️☠️⚠️☠️⚠️☠️
ADA tiga barang bukti yang ditemukan: setangkai bunga casablanca lily, sebuah pistol Glock 20, dan setengah batang kapur tulis.
Ketiga benda itu berhubungan, tetapi kehilangan sidik jari penggunanya.
Detektif Isaac mengenakan topi fedoranya kembali, sesudah itu ia berkacak pinggang, menyibak mantel cokelat panjang kebesarannya. Mata birunya menyisiri tiap sudut, mengawasi kalau-kalau ada jejak yang tertinggal.
Nigellus, atasannya, menelepon.
"Huum?"
"Kalau kutelepon diangkat! Ngapain saja kau daritadi?"
Isaac berdecak. "Sibuk. Memangnya kau punya kabar tentang Rolley Yalley?"
"Hah! Tentu saja punya! Kenapa tidak ke kantor sekarang?"
Isaac tak langsung menjawab telepon, ia menerima USB dari bawahannya, kemudian mencolok benda itu pada slot laptop. "Aku menunggu rekaman CCTV. Akan kukirim ke surelmu segera. Bisa bantu melacak di mana pemilik Rolley Yalley?"
"Ponselnya tidak aktif. Mungkin dia minggat," balas Nigellus ketus.
Isaac memutuskan sambungan karena tidak ada informasi relevan yang bisa diterima akal sehatnya. Ia menarik kursi dan duduk di sana. Rekaman hotel Casa del Mar kamar 507 menunjukkan aktivitas yang tidak biasa: adegan seks di pagi hari, beberapa menit sebelum kejadian.
Ada seorang pria dan seorang wanita yang Isaac duga keduanya tak cukup saling mengenal satu sama lain. Mungkin salah seorang mendekati yang lain dan berakhir di kamar dengan fasilitas mewah. Ia mengeraskan volume suara, mencoba mendengar percakapan mencurigakan.
Lethia nama wanita itu.
Dan pria bertopeng di dalam rekaman tak lain adalah Moraco José.
Lethia dibawa ke dalam kamar dalam kondisi tak sadarkan diri, sementara Moraco mulai bekerja melucuti seluruh pakaian wanita itu, mengikat dua kaki dan tangan dengan segala tali yang bisa digunakan: tali pinggang, tirai gorden, sarung bantal, ke tiap sudut ranjang.
Moraco memiliki peralatan bermain lengkap, yang berarti dia telah merencanakan semuanya dari awal. Lelaki itu sudah tidak mengenakan pakaian kecuali kaus yang masih melekat di kaki kanannya. Moraco melepaskan kain itu, kemudian menyumpalnya di mulut Lethia. Hal yang dilakukan Moraco selanjutnya adalah mondar-mandir berjalan keliling ruangan, memasang alat perekam dan melambai pada kamera.
Wanita itu disetubuhi paksa usai sadar. Namun, tingkat kekerasannya berbeda. Moraco suka mendengar rintihan. Alih-alih menggunakan mainan, dia lebih memilih senjata asli: seperti gunting kuku, tali baja, pisau lipat, jarum, dan tang. Lethia mengerang saat Moraco berada menindih tubuhnya, ranjang berderit, tirai bergoyang.
Setiap kali Lethia berteriak kesakitan, Moraco mencabut satu per satu kuku dari jemari Lethia. Saat teriakan wanita itu memekak telinga, Moraco merobek mulutnya dengan pisau lipat. Tang untuk memotong, gunting kuku untuk mencabuti kulit, pistol untuk melubangi bagian yang ia inginkan.
Isaac menekan tetikus untuk menghentikan video yang berputar tepat ketika Moraco meminta Lethia berlutut di bawah ranjang, kemudian pria itu mencekik lehernya dengan tali baja, mengakhiri hidup si wanita. Isaac bisa menebak kejadian selanjutnya meski tidak menonton rekaman sampai habis.
Moraco meninggalkan setangkai bunga lily di atas ranjang, di tengah genangan darah yang merembes hingga ke dalam. Pria itu membawa Lethia pergi, hanya beberapa menit sebelum regunya datang. Moraco sengaja meninggalkan barang bukti, mengerjai aparat keamanan dan dirinya.
Isaac bergegas keluar dari kamar usai penyelidikan, ada satu tempat yang mengusik benaknya, berpikir ia akan menemukan Moraco José jika melacak plat mobil yang digunakan. Sedari tadi Isaac menghubungi Nigellus sepanjang perjalanan tetapi tidak ada balasan.
Moraco José adalah tersangka pelaku pelecehan seksual yang menyebabkan sembilan wanita perawan dengan rentang usia 17-25 tahun meninggal setelah mengalami trauma dan siksaan mengerikan. Pria itu memiliki kebiasan merekam kegiatan sebelum pembunuhan dan tak pernah mau repot-repot menghapus rekaman. Moraco José mungkin berpendapat tidak ada polisi yang berani menangkapnya. Tentu saja Isaac bukan salah satunya.
Ia meluncur ke kediaman José, sudah berada di pintu gerbang dengan borgol dan pistol di balik celana. Tak lama Nigellus meneleponnya.
"Isaac," panggil Nigellus.
"Aku sudah berada di depan rumahnya. Moraco José adalah pengecut yang bersembunyi di balik topeng, dia akan pulang ke rumah dan mengubur mayat-mayat itu di pekarangan—"
"Dia tidak di rumahnya."
Isaac mengerutkan dahi. "Kau sudah mendapat lokasinya?"
"Aku mendapat kiriman gambar," ujar Nigellus. "Anakku bersamanya."
"Nigellus? Apa maksudnya?"
"Kapur itu ... adalah obat tidur. Aku baru pulang ke rumah dan menemukan surat dari Moraco. Dia mengincar anakku."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FILTHY THIRTY - DAY 10 - Buat tulisan yang mengandung tiga kata ini di dalamnya: Setangkai Lily, pistol, kapur tulis.
Submitted 663 Words
Apa pendapatmu tentang chapter ini?
Kebingungan tone down adegan gore. Tapi, moodboard-nya bisa kepake akhirnya.