DIA duduk di depan Star bar, kakinya berpijak pada tumpuan kursi tinggi terbuat dari besi. Dia berusaha meluruskan punggung, menyamankan sandaran dagu di atas lipatan dua tangannya. Bahu yang sedari tadi terangkat tegang kini menurun lelah. Dia mendesah pelan, membiarkan udara dingin masuk ke hidungnya, menerpa wajah yang tak tertutup topi rajut.
Kulit pipinya terasa kering, tetapi matanya nyaris basah. Dia berusaha keras menahan genangan di bawah pelupuk mata, mengerjap pelan sembari memandang gunung es dari kejauhan. Helai rambut cokelatnya turun menggelitik telinga, pun dia tak perlu susah payah merapikan. Tiada orang di sekeliling, anehnya hal itu membuatnya cukup merasa lega.
Meski tenang suasana di sekitar, suara di dalam relung hatinya bergemuruh. Ribut mempertanyakan banyak hal: apa yang sebaiknya ia lakukan? Bagian mana yang buruk? Bagian mana yang baik? Apa yang tak boleh dia lakukan?
Kini dahi terantuk jemari. Oksigen tak begitu terasa saat hidungnya menyeruk masuk di antara lipatan tangan, di atas meja. Dia tidak memiliki jawaban sementara benaknya sibuk bertanya-tanya. Cemas yang dirasa menyesakkan dada. Setiap kali dia terjebak dalam situasi sulit, ingin rasanya ada yang menawarkan bantuan, peduli padanya, dan mengatakan dia baik-baik saja.
Namun, bagi mereka, apa yang ia khawatirkan adalah sesuatu yang biasa. Semua orang menganggap kesulitan yang dialami jauh lebih berat, itu sebabnya dia tak ingin mengetuk pintu kepedulian dari orang-orang di sekitar. Mungkin lebih baik sendiri, menepuk kedua lututnya yang lemas dan memaksa terus berdiri walau goyah. Tapi, dia tidak tahu sampai kapan harus hidup berdampingan dengan kegelisahannya.
Dia tidak memilih untuk menjadi lemah. Tatapannya kembali pada kokohnya gunung es yang berjarak beberapa meter jauhnya. Beku, mungkin terpaan badai atau pun terik matahari bukan rintangan berarti. Dia ingin seperti gunung es, tak bercabar.
FILTHY THIRTY - DAY 12 - Buka Kbbi.web.id Lihat kata pertama yang muncul di pencarian populer hari ini (Baris pertama paling kiri). Buat tulisan dengan menggunakan kata itu sebagai TEMA.
Tentang:
cabar/ca·bar/ark a (1) hilang dayanya; tidak manjur (tentang guna-guna dan sebagainya): keampuhan aji-aji itu akan -- manakala terdengar ayam berkokok; (2) tawar (tentang hati, keberanian); (3) kurang ingat; lalai; lengah; (4) kurang (tidak) hemat; boros: orang yang -- tidak akan kaya;
mencabarkan/men·ca·bar·kan/ v menawarkan (hati); menghilangkan (keberanian dan sebagainya);~ hati menawarkan hati; menghilangkan keberanian; menjadikan takut;
kecabaran/ke·ca·bar·an/ n perihal cabar; ketawaran (tentang hati); ketakutanSubmitted 375 Words
Apa pendapatmu tentang chapter ini?
Sebenernya ini aku lagi mencoba mendalami; mengamati salah satu karakter yang kuciptakan (untuk keperluan revisi). Tapi di pertengahan jalan pas lagi ngetik, tiba-tiba perutku sakit. //kibar bendera putih.
VOTE. COMMENT. SHARE.
• MosaicRile.com/writer •
KAMU SEDANG MEMBACA
FILTHY THIRTY
Krótkie Opowiadania[SELESAI] MosaicRile's short stories collection 🔞 This stories contain mature themes "It is always words that undress you." [NOVEL COPYRIGHT] Kesamaan cerita, baik ide dan/atau plot, menulis ulang kembali dan memublikasikan atas nama pribadi pada m...