[3/30] Sleeping Angel

5.4K 72 18
                                    

"APA yang membuatmu mengira aku bisa dengan mudah ditemui kapan saja?" Olwen melipat tangan.

Lumi memandang sayap putih yang tumbuh dari balik punggung pria di hadapannya. "Aku khusus jauh-jauh ke Fairbanks untuk memanggilmu!"

"Iya, aku bisa melihat usaha kerasmu. Tapi, kenapa?"

Lumi menggigit bibir. "Aku ...."

"Sebentar," potong Olwen. Ia memandang tajam iris mata Lumi yang terlihat mendung, menjelajah isi pikiran gadis itu. "Oh, rumit sekali!" Olwen mengembuskan napas keras, mengepak sayap besarnya satu kali.

Lumi memalingkan wajah. "Aku kedinginan."

"Terus?" Olwen bertanya datar, ia bisa merasakan suhu tubuh Lumi tanpa harus menyentuhnya.

"Aku butuh korek apimu."

Olwen mengangkat alis, mendengkus keras. "Aku sudah memberimu satu kotak musim dingin lalu. Apa itu kurang? Kenapa manusia tidak pernah puas?"

"Aku butuh lebih banyak!" seru Lumi. "Aku ingin melihat kenangan masa kecilku lebih jelas. Olwen, hanya ada dua belas batang di dalam kotak, aku tidak bisa menunggu kedatanganmu sebelum musim dingin tiba."

Olwen mendesah. "Jujur saja, kau hidup dari hari ke hari hanya untuk memutar kenangan dalam korek api yang kuberikan padamu? Kau tidak punya tujuan hidup lain?"

"Kenangan itu ... membuatku bahagia."

Olwen mengangkat telapak tangan kanannya mengarah ke atas, ada cahaya biru muncul melingkar sekejap, kemudian korek api yang disebut-sebut Lumi berpendar. "Kau tahu kenangan tidak selalu indah, 'kan?"

Lumi mengangguk, ia mengambil korek api dari tangan Olwen. Belum sempat mengucapkan terima kasih, Olwen sudah terbang menuju langit malam yang dihujani salju.

Lumi membakar koreknya yang pertama. Kisahnya berlanjut dari dua belas korek yang sudah dibakar sebelumnya. Lumi tidak memiliki ingatan saat terbangun sebagai gadis dua belas tahun yang tinggal di rumah asuh. Kenangan itu penting baginya.

Usai melihat wajah orang tuanya yang tersenyum bahagia saat tangis pertamanya terdengar di dunia, Lumi terharu. Namun, korek yang dibakar selanjutnya hanya menyisakan kenangan duka.

Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat.

Suatu hari, Lumi terjebak dalam kebakaran di rumahnya sendiri.

Kakak laki-lakinya datang menerobos kobaran api yang membakar kulit lengan kirinya. Kakaknya memanggil nama Lumi berkali-kali, menemukannya terbungkus selimut di bawah kolong ranjang. Sang kakak menggendongnya hingga turun ke lantai dasar, tetapi punggungnya tertimpa kayu.

Lumi meneteskan air mata, sebab kakaknya juga ikut meninggal.

"Sudah puas lihat kenangannya?" Olwen bertanya, muncul tanpa aba-aba dan berdiri di depan Lumi.

Lumi menghapus sisa air matanya, memandang wajah Olwen dengan saksama. Kali ini, ingatannya sudah kembali.

Olwen si malaikat pelindung bersayap putih adalah kakak laki-lakinya.

"Olwen, kau ingat aku?"

Olwen mengangkat alis. "Tidak. Aku ditugaskan untuk melindungi anak manusia, aku tidak punya memori."

"Aku ...."

"Seharusnya aku tidak menunjukkan korek api itu sewaktu kau merengek minta penjelasan tentang masa lalumu," keluh Olwen. "Jadi, kita tidak akan bisa bertemu lagi, sekali pun itu di musim dingin."

"Apa yang kau kerjakan di musim lain?"

"Tidur. Aku hanya bangun saat musim dingin," jawab Olwen. "Lumi, kau tidak membutuhkan penjaga lagi saat ingatanmu sudah pulih seluruhnya. Selamat tinggal."

FILTHY THIRTY - DAY 3 - Musim dingin adalah satu-satunya musim kita dapat bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FILTHY THIRTY - DAY 3 - Musim dingin adalah satu-satunya musim kita dapat bertemu

Submitted 497 Words

Inspired by The Little Match Girl - Hans Christian Andersen

Apa pendapatmu tentang chapter ini?

VOTE. COMMENT. SHARE.

• MosaicRile.com/writer •

FILTHY THIRTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang