[26/30] Broken Mannequin

265 14 4
                                    

SEBUAH undangan dari pusat perbelanjaan yang baru dibangun diletakkan di kotak surat depan rumah. Rui langsung membuka untaian tali perak dan tercengang membaca isinya.

Ia termasuk satu dari sedikit orang yang beruntung karena undangan itu bersifat acak dan diundi. Sebelumnya, para pendaftar yang tertarik menjadi lima puluh orang pertama yang diajak berkeliling dalam mal dan mendapat harga diskon besar-besaran pada soft opening diminta mengumpulkan data diri: nama lengkap, usia, gender, tinggi dan berat badan, ukuran bahu, dada, pinggang, juga kaki.

Kini, saat tinggal setengah hari lagi acara dimulai, Rui segera bersiap-siap. Ia mengenakan baju dan sepatu terbaik, mengikat rambut sebahunya ke belakang, membiarkan poni jatuh menutupi dahinya. Undangan itu agak nyentrik, Rui heran mengapa jam kunjungannya dibuat pukul dua belas malam.

Mengikuti peta petunjuk dari balik undangan, Rui sampai di pusat perbelanjaan. Ia menelusuri tiap lantai dan tidak menemukan satu pun petugas yang bisa ditanyai di mana tepatnya acara berlangsung. Saat menjejakkan sepatu di aula besar tempat baju-baju dijajakan, Rui mendadak diam.

Mengapa manekin yang ia lihat terasa janggal?

Rui melangkah mendekat dengan hati-hati. Manekin itu berkulit cokelat, dipasangi baju dan celana, juga sepatu. Tidak ada yang salah dengan busana yang dikenakan, yang terlihat salah adalah wajah manekin yang seperti dikikis masing-masing mata, hidung, dan mulut. Ia menutup mulut saat melihat jejak darah di sekitar rongga mata yang bolong.

Ia menjerit sekuat tenaga saat dua kakinya terasa lumpuh. Manekin yang dilihat bukan patung putih seperti yang dipajang di toko-toko lain, melainkan manekin itu terbuat dari manusia. Ia menarik napas berusaha menenangkan diri, memandang berkeliling dan tanpa sadar menghitung berapa banyak mayat manusia yang dipamerkan. Jumlahnya empat puluh sembilan.

Saat Rui menyadari kemungkinan tentang para pendaftar yang berhasil mendapatkan undangan, ia berniat untuk lari dan melapor polisi. Sayangnya, Rui menabrak salah satu manekin yang kini menoleh ke arahnya.

Rui berteriak ngeri. Ia bisa melihat ekspresi wajah manekin putih yang terlihat marah. Manekin itu bisa bergerak, bahkan memanggil kawanannya. Ia terperangkap di tengah lingkaran patung tanpa wajah bercat putih yang menggerakkan tangan mereka untuk menyambar Rui.

Tangannya patah karena manekin itu menariknya. Ia menangis keras saat dua kakinya dihantam palu besi, sementara manekin-manekin itu tampak berusaha memutuskan kakinya. Ia tidak mampu lagi bergerak karena kesadarannya menipis. Hal terakhir yang dirasa Rui adalah tajamnya mesin pengiris yang ingin melepas tulang-tulang dari tubuhnya.

"Dia sudah rusak, tidak bisa dijadikan koleksi seni," ujar salah satu manekin.

FILTHY THIRTY - DAY 26 - Buat tulisan tentang benda seni yang tidak selesai dikerjakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FILTHY THIRTY - DAY 26 - Buat tulisan tentang benda seni yang tidak selesai dikerjakan.

Submitted 425 Words

Apa pendapatmu tentang chapter ini?

Prompt ini datangnya dari salah satu mimpiku.

VOTE. COMMENT. SHARE.

• MosaicRile.com/writer •

FILTHY THIRTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang