Akhirnya Kami Didengar

204 28 0
                                    

Berbagai warna almamater terlihat menyatu. Beberapa sosok berdiri di paling depan dengan pengeras suara dalam genggaman, mengkoordinasi. Merekalah para presiden. Rama telah kembali bersama Kevin dan yang lain, berada di antara kerumunan manusia. Namun sebelum itu telinganya harus disiksa oleh omelan Kevin yang panjangnya bak sungai Nil.


"Adik-adik kita berjuang di garis depan, kita tidak boleh menyia-nyiakan perjuangan mereka," kata Presiden beralmamater biru samudra.


Semangat seluruh demonstrator terbakar. Api bertambah besar dalam diri mereka.


"MAJU! NEGERI INI MEMBUTUHKAN KITA!"


Sorakan bergemuruh. Kaki-kaki kembali melangkah. Tekad tetap kuat. Sang Raja Siang masih tinggi walau telah sedikit condong ke barat. Tampaknya ia masih ingin berada dekat dengan takhtanya di puncak langit. Langit masih tetap biru dengan taburan kapas-kapas putih.


Warna putih-abu-abu kebiruan tersebar di luar pagar 'istana'. Alih-alih wajah serius, keceriaan tampak terpancar ketika pasukan STM menghadapi para aparat. Water cannon ditembakkan tapi tak satu pun dari mereka berpaling dan kabur.


"MANDI, WOY! MANDI!" lalu tawa menyusul.


Pasukan mahasiswa seketika mendapat dorongan baru untuk bertarung. Seringai bermekaran. Mereka maju, tak mau kalah. Kedua pasukan bersatu. Sorakan memecah langit. Dinding bernama latar belakang runtuh seketika. Rasa senasib dan tekad yang sama untuk melindungi tanah tumpah darah mengusir batasan kelas di antara mereka.


"KASIH JALAN BUAT MAHASISWA!" kerumunan terbelah dua dan jalan terbuka.


Gerombolan mahasiswa yang dipimpin para presiden Badan Eksekutif Mahasiswa melangkah dengan langkah mantap seirama. Mereka ibarat tamu kehormatan berjalan di atas karpet merah untuk menemui Yang Mulia dengan pagar manusia di kanan kiri sebagai tameng pelindung. Rama, kembali berada di baris depan, bersama Kevin tentunya.


Manik cokelat Rama memindai seluruh wajah yang tampak di jajaran pagar manusia berseragam putih. Ia berharap matanya menemukan sosok pangeran tampan yang kabur dari pernikahannya dengan sang Putri untuk menyelamatkannya di tengah kericuhan. Entah apa yang ada dalam diri Ricky, membuatnya menjadi candu bagi Rama. Kekecewaan menyapu wajahnya ketika ia gagal menemukan sosok yang didambakannya. Ia kembali menatap lurus ke depan, menyemangati dirinya sendiri.


Pagar manusia bertameng di balik gerbang menampakkan wajah tak suka. Namun itu tak meruntuhkan tekad baja demonstrator. Mereka tetap maju. Rama telah bersiap menyumbang suara. Ia mengesampingkan rasa kecewanya karena gagal menemukan wajah yang sangat ingin dilihatnya.


Sebuah tangan tiba-tiba mendarat di bahunya. Posisinya yang berada di tepi barisan garis depan jelas-jelas memudahkan siapapun pemilik tangan itu untuk melakukannya. Ia menoleh untuk mencari tahu siapa pemilik tangan yang terasa tak asing itu. Kekecewaannya seketika terkubur oleh perasaan bahagia.


"Hei, Kak," sapa Ricky.


Rama tersenyum. Kupu-kupu berdatangan.

LAKON ROMAN (Terlarang) DEMONSTRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang