Dia Bangsat

11.7K 881 241
                                    

✓ Ini cerita homo!

✓ Homophobic jangan baca ya?

✓Kalau gak suka skip aja!

✓Jangan lupa vote & komen!

[B×B]
°Aldous×Aldo°

***

❗❗❗

"Surat peringatan ketiga?" Kertas berlogo sekolah itu diremat kuat, memandang sosok remaja dengan kondisi babak belur karna berkelahi di depannya datar. "kamu sadar nggak Aldo?"

"Aku sadar Ayah," Aldo berkata, dengan wajah penuh lebam.

Ayah Aldo memijat pelipisnya pusing. Putranya itu... suka sekali mencari gara-gara. Padahal, ia memiliki seorang Ayah yang berprofesi sebagai hakim. Apa putranya itu tidak sadar?

"Kalau sampai kamu di drop out, jangan pernah minta uang sama saya lagi."

Aldo memejamkan matanya, ia tau kalau itu serius. Ayahnya adalah sosok yang sangat tegas, dan tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Oh iya," Ayah Aldo kembali membuka suara, "soal nilai-nilai kamu yang merah semua, saya akan cari guru private untuk kamu!" jarinya menunjuk wajah Aldo.

"Iya Ayah," setelah itu, Aldo menyeret langkahnya menuju kamar.

❗❗❗

Bugh!

Seorang cowok berambut pirang tersungkur begitu mendapat tendangan diperutnya.

"Tch, lemah!" si pelaku berdecih tanpa merasa bersalah. Tangannya bersiap melayangkan pukulan keduanya sebelum tendangan lain menghantam nya. "A-aldo?!" matanya membola begitu tahu siapa yang berani menendangnya.

"Apa?!" Aldo menyahut galak, hingga si pelaku berlari ketakutan.

Siapa yang tidak mengenal Aldo? Si preman sekolah, kasar, suka berkelahi, tidak punya sopan santun, dan berisik pastinya. Kalau mendengar namanya sudah dipastikan orang-orang akan menjauh, memilih untuk tidak berurusan dengan cowok berambut gondrong, dan memiliki 3 tindik di telinganya itu.

Jangan tanya sudah berapa kali Aldo bermasalah, dan jangan tanyakan juga mengapa cowok itu tidak juga di keluarkan dari sekolah.

Kekuatan uang. Setiap kali mendapat surat drop out, Ayahnya pasti akan datang, dan mengeluarkan uang agar putra nya tetap bisa bersekolah. Ayah Aldo itu bukan donatur sekolah, apalagi pemiliknya, hanya wali murid yang kebetulan memiliki banyak uang.

"Bego, kenapa lo diem aja pas dipukulin begitu?!" Aldo menendang si korban dengan pelan. Matanya mendelik sebal, "sana pergi!" bentaknya tak sabaran.

"Bisa nggak bahasanya jangan kasar begitu?"

Loh? Aldo mengatupkan bibirnya menahan emosi. Cowok di depannya ini kan baru ia tolong, alih-alih mengucapkan terimakasih, kenapa dia malah marah begitu?! Dari warna dasinya juga, Aldo bisa tau kalau cowok ini adalah adik kelasnya.

"Oh, makasih juga." sosok yang baru ditolong Aldo itu berdiri, menepuk celananya yang kotor. "padahal, tadi lo nggak perlu repot-repot begitu, gue bisa sendiri kok."

Cukup! Aldo mulai kebakaran jenggot. "Lo tau lagi bicara sama siapa?!" telunjuknya menghardik si adik kelas dengan emosi.

"Dous!!" terdengar teriakan dari ujung koridor.

Merasa dipanggil, cowok itu tersenyum kecil pada Aldo. "Sorry, tapi gue harus pergi."

Aldo memandang punggung cowok yang dipanggil 'Dous' itu dengan tajam, seolah ia bisa menusuk sosok kurang ajar itu hanya dengan tatapan matanya.

Kalau bukan karena Ayahnya, mungkin tadi ia sudah bergabung untuk menghajar si pirang itu sampai pingsan.

"Awas aja!"

❗❗❗

"Aduh, lo kenapa bisa berurusan sama Kak Cleo, sih?!" Cowok berkulit putih itu mengomel, "Aldous, jawab!"

"Dia yang cari gara-gara, Raff." yang ditanya menjawab dengan ogah-ogahan.

Aldous Pontus namanya. Cowok yang akrab dipanggil Dous ini adalah sosok yang tenang, tidak suka berkelahi, tidak suka kekerasan, tidak suka keributan, dan good looking tentu saja.

Raffa menyipitkan matanya, "terus tadi lo juga berurusan sama kak Aldo, kan?"

Dous memutar bola matanya malas, "siapa lagi itu, huh?"

"Yang tadi nunjuk muka lo!!"

Oh, yang itu~ Dous berdecak sebal. Kakak kelas yang gila hormat itu namanya Aldo ternyata.

"Dous, jawab gue anjir!"

Dous mendengus, "perhatiin bahasa lo." dengan begitu Raffa langsung menggigit bibirnya tidak enak. Dous itu tidak suka mendengar bahasa kasar, ia lupa. "Dia tadi nolong gue, padahal gue nggak minta."

"HAH?!" Raffa melotot, Aldo si preman sekolah itu bisa menolong orang juga rupanya.

"Ah, dia juga berisik, kasar, urakan." Dous kembali mengkritik tingkah si kakak kelas, "semua yang gue benci diwakilkan sama dia, shit."

"Jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti dia dengar gimana?!" Raffa menyahut panik. Bagaimana kalau orang yang sedang mereka bicarakan itu mendengar? Demi celengan babi nya yang belum terisi penuh, Raffa tidak mau berurusan dengan siswa bermasalah seperti Aldo.

Dous berdecak, dia tidak kenal siapa itu Aldo, tapi menurut cerita Raffa, Aldo itu cowok yang melambangkan semua hal negatif. Dous juga melihat, setiap nama Aldo disebut, orang-orang akan memilih menghindar. Seburuk itukah?

❗❗❗

Gregetan pengen publish ini, sebenernya udah lama ada di draft tapi baru skrg berani publish.
So, buat kalian yg jijik, geli, mual, dll silahkan cari cerita lain yg sesuai sama kalian ya!

Jangan lupa vote, dan berkomentar yg baik♥️ Terimakasih!


Mischievous : Aldous Pontus. (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang