✓ Ini cerita homo!
✓ Homophobic jangan baca ya?
✓Kalau gak suka skip aja!
✓BUDAYAKAN VOTE DULU BARU KOMEN!
B×B
[AldousxAldo]❗❗❗
Aldo menggeram kesal saat ponselnya kembali berdering. Ini sudah dering kesepuluh. Dilemparnya ponsel itu ke tembok, lalu berjalan marah keluar kamarnya.
"Kamu habis lempar apa?"
"Ah!" Aldo mengerjap kaget saat sosok Ayahnya ada didepan pintu. Cowok itu meringis, "B-buku aku, Ayah." jawabnya ragu.
Ayah Aldo mengangkat alisnya penasaran, diperhatikannya seisi kamar sang anak, lalu terhenti pada objek dipojok kamar. Dadanya langsung panas melihat itu, "Kamu sadar sama apa yang kamu lempar?!"
Aldo diam. Lagipula, percuma juga membalasnya, ia akan semakin terlihat salah nanti.
"Kamu berani bohongin, saya? Mana bukunya? Itu handphone kamu!" Ayah Aldo menatap tajam putranya. "Habis ini, jangan pernah minta handphone sama saya lagi!" setelah itu, sang Ayah langsung beranjak pergi dengan perasaan dongkol. Dari pagi sampai malam, ia setengah botak memikirkan kasus kliennya, dan Aldo seenak jidatnya melempar ponsel tanpa alasan.
Aldo menatap punggung Ayahnya yang menjauh, kemudian kembali melangkah masuk ke dalam kamarnya. Lagipula... untuk apa ia keluar kamar tadi?
"Untung aja udah hancur," Aldo memunguti serpihan ponselnya yang pecah, lalu membuangnya ke tempat sampah. Cowok itu tidak terlihat menyesal sama sekali, justru senyum miringnya terulas. "Ah, ahkirnya tenang juga!"
❗❗❗
"Kenapa nggak diangkat?!" Dous mendesis, menatapi layar ponselnya dengan tajam. "Lo ngehindarin gue, ya?!" si pirang itu meneriaki ponselnya dengan penuh kekesalan, seolah Aldo dapat mendengar ucapannya.
Pesannya tidak dibaca, panggilannya juga tidak diangkat. Apa Aldo memblokir nomornya? Dous memutar-mutar ponselnya bingung, "gue tau dia goblok, tapi nggak mungkin segoblok itu, kan?"
Dous sampai jarang berkomunikasi dengan Raffa karena sibuk mengurusi Aldo. Ya, Dous sibuk menuntun berandalan itu agar bisa mencapai nilai yang memuaskan semester ini. Ia terbatuk saat mengatakan itu dalam hati. "Ah, bocah tua bangka itu nambahin pikiran gue aja!" sungutnya.
Ia langsung terduduk, begitu mengetahui nomor 'kekasih' nya sudah tidak aktif lagi. "Lo lagi main-main sama gue, ya~"
❗❗❗
"Lo nunggu siapa?" Raffa bersandar disamping mading sekolah. Matanya terlihat malas. Ini masih pagi, dan Dous sudah membuat keributan dengan memaksanya untuk berdiri disini selama 30 menit. "Dous!" tegurnya.
Yang dipanggil berdecak malas. "Lo ke kelas aja kalo berisik!"
"Kok gitu? Lo narik-narik gue kesini, terus nggak ngasih tau alasan kenapa kita harus berdiri disini?" Cowok pucat itu mengoceh tak terima. "mau ngapain, hah? Jadi patung selamat datang?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous : Aldous Pontus. (✓)
Acak[TERSEDIA DALAM BENTUK E-BOOK] WARNING❗❗❗ • B × B • Homophobic jangan baca • Tidak suka? Skip aja Aldo Thalassa itu preman sekolah, suka berkelahi, kasar, tidak punya sopan santun, dan berisik. Tidak ada satu orang pun yang ia takuti, kecuali Ayahny...