Gang

627 189 65
                                    

Jika kalian pecinta cerita bertemakan horror, sepertinya short story ini cocok buat kalian. Yuk, luangkan waktu kalian untuk menikmati cerita ini.  :))





Pic: dreamstime

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pic: dreamstime.com

Bagian I

Seperti biasa kemarin aku melewati Gang itu.

Kata orang-orang, Gang yang sering aku lewati itu angker. Mungkin itu salah satu alasan mengapa Gang itu selalu nampak sepi, walaupun waktu baru menunjukkan pukul enam sore. Bukan hanya itu saja, pagi dan siang pun Gang itu tetap jarang dilewati orang. Aku tidak tahu kenapa dan sejujurnya aku pun tidak mau tahu juga.

Belum ada tiga bulan aku sekeluarga tinggal di Perumahan yang terletak di timur Jakarta. Ayahku yang ingin sekali pindah kesana. Selain banyak saudara yang tinggal disana. Ayah dan adikku akan semakin dekat dengan kantor dan sekolahnya. Tetapi tidak dengan aku. Jarak dari sekolah ke rumah jadi semakin jauh. Ayah bilang tidak masalah pindah karena sekolahku juga tinggal beberapa bulan lagi. Setelah itu aku pindah ke Bandung dan kuliah disana.

Karena sering ada pelajaran tambahan dan aku harus ikut banyak kursus dan bimbel untuk mempersiapkan Ujian Nasiaonal (UN). Aku jadi sering pulang sore bahkan malam. Aku lebih memilih Gang Melati karena lewat Gang itu jadi lebih cepat sampai rumah, tidak masalah walaupun sepi dan agak temaram.

Seperti itu lebih baik. Aku jadi tidak banyak basa-basi dengan orang-orang yang aku temui. Bagiku, basa-basi itu adalah sebuah kepura-puraan yang membosankan. Aku sudah lelah dengan aktifitasku selama seharian. Tidak ingin aku direpotkan oleh sebuah kepura-puraan. Aku ingin cepat pulang dan segera istirahat.

***

Pagi hari, sebelum berangkat beraktifitas, kami sekeluarga biasa sarapan di meja makan ruang tengah. Obrolan ringan biasa tersaji hangat disini. Tidak perlu menunggu lama untuk memulai obrolan, Mama dengan semangat memulai untuk bercerita.

"Kemarin malam, Ranu anak Pak RT, sama temannya katanya lihat Hantu di Gang itu. Waktu itu motornya tiba-tiba mogok, terus pas dibenerin ada yang panggil-panggil, ternyata ada perempuan gendong anak berdarah-darah dibawah pohon asem. Mereka langsung lari. Hiih serem yo.." Mama dengan serius bercerita kepada kami. Ayah hanya geleng-geleng kepala. Nadia adikku yang masih SD terlihat begidik takut, termakan oleh cerita Mama yang terlalu ekspresif menyampaikannya.

Entah dapat dari mana Mama dapat cerita itu, yang pasti ini sudah ketiga kalinya Mama cerita tentang adanya hantu di Gang itu. Membosankan.

"Lebay.." Jawabku dingin.

"Eh kalo dikasih tahu Mama. Beneran ini loh, motornya sampai ditinggal disana. Andy, dengar Mama le, nanti kalo pulang jangan lewat sana yo, Mama takut ada apa-apa. Apa lagi kamu suka pulang sampai malam."

Andy Purnomo, anak laki-laki kesayangan Mamanya itu pun mengiyakan, hanya dibibir saja. Walaupun sudah banyak cerita menyeramkan beredar tentang Gang itu, aku tidak terpengaruh dan termakan oleh cerita dari sumber-sumber yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Aku masih tetap lewat Gang yang tidak terlalu besar itu, tetapi cukup untuk dilalui sebuah mobil.

Gang itu panjangnya tidak sampai seratus meter. Kanan dan kirinya adalah kebon kosong yang terdapat beberapa pemakaman keluarga disana. Pohon rambutan dan asem jawa yang besar pun banyak tumbuh. Penerangan disepanjang Gang seadanya, temaram. Tetapi sinarnya masih bisa dijangkau oleh pandangan.

Setengah enam pagi kami harus berangkat, aku menumpang Ayah sampai jalan raya. Kemudian Ayah melanjutkan mengantar Nadia ke sekolah.

***

Sore harinya

Adzan maghrib berkumandang, aku sudah sampai didepan ujung Gang. Langit menguning, sebentar lagi akan berubah biru gelap kehitaman. Bulan sudah mulai nampak. Semilir angin sore disini menenangkan. Mungkin karena disini masih banyak pohon. Beda dengan Gang lain yang minim pepohonan dan ramai pula.

Aku berjalan santai. Keadaan Gang masih seperti biasa, sepi. Aku berjalan dengan santai sambil menikmati suasana sore menjelang malam. Rumah-rumah yang berada tak jauh dari sini mulai nampak terang. Kelalawar pun keluar dari rumahnya. Beterbangan disepanjang Gang. Aku berjalan perlahan. Baru saja beberapa meter aku berjalan langkahku terhenti.

Seperti ada yang berjalan dibelakangku. Aku menengok kebelakang, tidak ada siapa-siapa. Aku lanjutkan jalan kembali. Tak ada pikiran secuilpun dibenakku mengenai hal-hal yang berbau mistik dan sejenisnya. Tidak berapa lama, aku terhenti kembali.

Tali sepatuku lepas. Aku berjongkok mengikat kembali tali sepatu yang terlepas. Seperti ada yang lewat disampingku. Aku palingkan wajah melihat kedepan dan kebelakang, tidak ada siapa-siapa. Mungkin hanya angin saja, pikirku. Selesai mengikat sepatu aku beranjak. Melanjutkan jalan kembali.

***

To be continued

Apakah itu hantu, atau angin saja? Dan mengapa Gang itu sepi dan jarang dilewati warga?

Bab Berikutnya akan menjawab semua pertanyaan itu. :))

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jika kalian suka, yuk, di vote, comment dan share. 

The Nightmare Stories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang