II

103 13 10
                                    

"Selain lukisan beberapa pemandangan Indonesia tempo dulu, ada sebuah lukisan besar yang mencuri perhatianku sejak aku masuk. Lukisan sekelompok laki-laki paruh baya yang mengenakan beskap hitam dan berkain batik cokelat. Penampilannya lengkap dengan blangkon dan keris terselip dipinggang."

***

Aku memasuki ruangan yang cukup luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku memasuki ruangan yang cukup luas. Ruangan ini terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Badanku yang basah dan memang sudah kedinginan sebelumnya kini menjadi Terasa menggigil. Sepertinya ini adalah ruangan keluarga. Ruangan yang luas. Di dinding terpampang banyak lukisan minyak yang terlihat sudah tua di makan zaman.

Lukisan anggota keluarga yang berpakaian jawa. Lukisan Ibu Ayu juga ada. Diikuti dengan lukisan laki-laki dan perempuan berpakaian adat jawa yang anggun.

Diantara deretan lukisan keluarga ini, ada satu lukisan besar yang terpampang di tengah ruangan. 

Cahaya kilat yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela-jendela besar menimpa sebuah lukisan besar itu. Seperti kilatan lampu sorot.  Diiringi suara guntur yang menggelegar memecah kesunyian. Lukisan itu terlihat jelas mencuri perhatianku.

Itu adalah lukisan seorang pria tua menggunakan pakaian jawa lengkap, dari blangkon, beskap hitam, dengan kain batik cokelat lengkap dengan kerisnya terlihat terselip dipinggangnya, sedang berdiri dengan dibantu tongkat cokelat mengilap. Menatap tajam ke arahku. Tanpa senyum.

Dibawah lukisan itu terdapat satu meja berwarna cokelat tua dengan ukiran di tiap sisinya. Diatasnya terdapat baki berisi secangkir kopi hitam, sepiring kecil kembang tujuh warna, bakaran kemenyan, pisang dan panganan yang aku sendiri tidak tahu namanya.

Aku tidak bisa menatap lama-lama lukisan tersebut. Kepalaku terasa pusing, badanku terasa berat sekali. Aku alihkan pandanganku ke sudut lain ruangan ini sambil terus berjalan menuju ruangan nomor dua dari tangga. Jalanku sengaja kuperlambat sambil melihat-lihat. Aku sudah terlanjur tertarik dengan rumah ini.

Di bagian tengah terdapat seperangkat sofa kulit dan meja yang antik diatas karpet merah tua bermotif bunga yang terkesan mewah. Chandelier dengan rangka berwarna kuning tembaga besar menggantung dilangit-langit tepat di atas meja kaca berbentuk oval. Lampu-lampu kristal dan gemericik aksesoris kristal yang menggantung memendarkan cahaya kekunigan yang teduh.

Tidak jauh dari sofa itu tergeletak sebuah kursi goyang di pojok ruang. Menghadap ke arah jendala besar yang tertutup mengahadap ke taman. Aku lanjutkan berjalan melewati sofa antik dan kursi goyang tua itu. Lampu hias yang menempel di dinding menjadi penerangku menuju kamar.

Tek, tek, tek

Baru beberapa langkah aku berjalan. Aku mendengar suara dari sebelah kananku. Aku menghentikan langkahku terdiam sesaat. Bulu halus ditengkukku meremang. Dari ekor mata kanan, aku menangkap seperti ada bayangan seseorang yang sedang duduk di kursi goyang itu. Kursinya bergerak maju-mundur perlahan.

The Nightmare Stories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang