Apartemen

296 136 24
                                    

Ini adalah cerita keduaku, masih bertemakan horror, pastinya cerita ini berbeda dengan cerita sebelumnya. Mohon luangkan waktu kalian ya. Semoga kalian suka. 

pixabay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pixabay.com


Di area parkir apartemen bertipe studio yang berlokasi di selatan kota J nampak lengang. Security yang biasa berjaga kali ini tidak terlihat. Setelah berhasil memarkir mini cooper 5 doornya, Maya Luna, wanita berambut pirang (dicat) sebahu itu berjalan menuju lift yang berjarak kurang lebih seratus meter.

Baru beberapa langkah berjalan, suara heels sepatunya terdengar bercampur dengan suara langkah sepatu lain yang terdengar dibelakangnya. Maya berbalik dan matanya menyisir seluruh area parkir. Tidak ada siapapun terlihat.

Maya melanjutkan jalannya kembali, suara langkah kaki itu terdengar lagi. Wanita berparas cantik khas wanita modern ibukota itu berhenti. "Halo, siapa itu?" Tanya Wanita berusia tiga puluh tiga tahun. "Pak Abdul, bukan?" Wanita itu diam sejenak.

"Mas Ario?" Lanjut wanita itu menyebutkan dua nama security yang dia kenal. Sejenak dia terdiam, nihil, tak ada satu suara menyahut pertanyaanya.

Dia merasa seperti ada seseorang yang membuntutinya. Smartwatch hitam yang menggantung di pergelangan tangan putih miliknya sudah menunjukan pukul satu dini hari.

Maya mengambil smartphone dari tas jinjing hitamnya. Berusaha menghubungi teman kantornya. Percuma, tidak ada sinyal. 

Maya mempercepat langkahnya menuju lift. Setelah masuk, jari lentiknya dengan sigap memencet angka menuju lantai dua puluh enam. Apartemen sewaan bergaya minimalis itu baru dia tempati selama tiga bulan. Sebagai seorang manager di sebuah perusahaan advertising terkemuka di kota J, kerja lembur hingga larut malam itu sudah biasa. Alasan itu yang membuat dia harus menyewa apartemen yang tidak jauh dari kantornya.

Ting.

Lift berhenti. Setelah pintu terbuka dengan segera dia bergegas jalan menuju kamarnya. Di lorong kamar apartemennya, suara langkah itu terdengar kembali. Seketika membuat dia menambah kecepatan langkahnya menuju kamar apartemennya yang tinggal beberapa meter lagi.

Setelah masuk kamar dan menguncinya. Dari balik pintu dia terdiam, mencoba memastikan jika suara langkah kaki itu sudah tidak ada. Setelah dipastikan aman, perlahan ketakutannya menguap. Ditaruhnya tas jinjing hitam dan smartphonenya di atas meja. Membuka sepatu dan menaruhnya sembarang.

Dia berjalan santai sambil membuka dua kancing kemeja menuju balkon. Pintu kaca balkonnya dibiarkan terbuka, membiarkan semilir angin malam masuk ke kamarnya. Di malam hari, pemandangan kota J terlihat cantik oleh lampu-lampu yang dihasilkan dari puluhan gedung pencakar langit yang seakan sedang berlomba menunjukan siapa yang tertinggi.

Setelah puas menikmati malam dari atas balkon apartemennya, segera dia menanggalkan pakaian yang melekat di tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi. Dia berencana ingin berendam untuk melepas lelah.

***

Tiga puluh menit kemudian.

Dalam keadaan masih berhanduk, dia keluar dari kamar mandi. Dan betapa terkejutnya ketika dia melihat sesosok pria besar yang wajahnya ditutupi masker berdiri di balkon menghadap ke arahnya.

"Sudah selesai, bisa kita mulai, cantik.." Tanya pria itu dengan suara serak yang dibuat-buat sambil memamerkan tatapan nakalnya.

"Siapa kamu?" tanya Maya terbata. Pria itu bergerak dan mulai berjalan ke arahnya. Maya segera berlari menuju pintu. Sial, pintu terkunci. Dia berteriak sejadinya. Pria itu segera mengejarnya. Wanita cantik bak model itu terpojok dan terpaksa melawan dengan melemparkan vas bunga dan barang-barang yang berada di dekatnya. Semua usahanya seakan percuma.

Dengan cepat dia mengambil smartphonenya, berusaha menghubungi temannya kembai. Pria besar itu dengan gesit merampas smarphone yang baru dipegangnya.

Brak..

Smartphone itu hancur diatas lantai.

Maya mencoba melawan hingga menendang bagian alat vital pria itu. 

"Argh.." Pria bertubuh tinggi dan besar itu mengerang kesakitan. Maya berlari ke arah balkon berteriak mencari pertolongan.

Pria berpakaian serba hitam itu dengan cepat mendekat, mendekap mulutnya dan menggendongnya ke kasur. Maya mencoba melawan dengan memukul tubuh pria besar berotot itu. Dia seakan tidak merasakan sakit apa-apa. Maya berusaha menarik masker penutup wajah pria itu.

Pria itu langsung melemparnya ke tempat tidur. Maya berhasil terlempar ke kasur dengan tangan memegang kain hitam. Dia terlihat kaget setelah berhasil melihat wajah pria yang ada di hadapannya itu berani masuk ke kamarnya tanpa izin. "Kamu..."

Spontan pria itu memukul wajah Maya dengan sekuat tenaga hingga pingsan. Tanpa pikir panjang pria itu menarik handuknya. Dengan tatapan buas dia memandangi tubuh mulusnya. Dengan tergesa dia melepaskan pakaian yang melekat di badannya. Seperti seekor hyena buduk kelaparan yang melahap hewan buruannya, dia dengan rakus menikmati wangi tubuh wanita yang tinggal seorang diri.

Setelah puas menikmati setiap inchi bagian tubuh wanita malang itu, dia menggendongnya ke arah balkon tanpa rasa bersalah dan takut. Dia berdiri di pinggiran balkon, tempaan angin malam tak membuatnya gentar. Tanpa pikir panjang, tubuh wanita muda tanpa busana itu dilepaskan dari gendongannya. Tubuh bugilnya tergeletak bersimbah darah tidak jauh dari jasad Pak Abdul yang tewas ditikam pisau tepat dijantungnya.

The End

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jika kalian suka, yuk, di vote, comment dan share. :))

The Nightmare Stories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang