IV

75 9 0
                                    

Elvano melepaskan kedua telapak tangan dari wajahnya. Dia kembali memakai kacamatanya.

Wajahnya terlihat lelah sekali. Berbeda dengan dia beberapa menit yang lalu.

"Kita harus kesana sekarang, Mas. Juna dalam bahaya."

***

Pic: detikfood

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pic: detikfood


Juna terkapar di sudut ruang. Tubuhnya terlempar dan terbanting keras mengenai sebuah rak kayu besar. Isi rak itu tumpah menimpa kepala dan tubuhnya. Badannya terasa sakit sekali. Dia tersadar, tetapi tubuhnya sulit digerakan. Matanya terbuka, walau penglihatannya masih kunang-kunang ditambah pencahayaan ruang yang remang. Butuh waktu sekitar lima menit sampai dia bisa melihat dengan jelas keadaan disekelilingnya.

Buku-buku tua dan album foto tebal berserakan didekatnya. Album foto usang berwarna putih yang sudah agak menguning terbuka di atas lantai tidak jauh dari tubuhnya. Mungkin benda-benda ini yang menimpa kepalanya barusan. Kepalanya terasa sakit serasa mau pecah. Badannya masih terasa remuk. Juna berusaha untuk bangun, siku tangannya digunakan untuk menopang dan membantu menggerakkan badannya. Terasa sakit, tetapi dia harus bangkit.

Setelah berjuang menahan sakit untuk menggerakkan badannya. Akhirnya Juna berhasil terduduk dan bersandar di tembok. Juna mengatur nafasnya agar sedikit lebih tenang. Keningnya basah oleh keringat bercampur darah. Menetes di pakaian putihnya.

Mata Juna mulai menerawang sekelilingnya. Sunyi tidak ada siapa-siapa. Juna mencoba bangkit tetapi tubuhnya masih terasa sakit.

Argh!

"Ada apa ini sebenarnya? Siapa mereka semua?" karena kondisinya masih belum stabil. Juna mencoba mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Pikirannya berkecamuk, penuh dengan tanda tanya.

Juna tiba-tiba mengambil album foto tua berwarna putih yang berada disebelahnya. Serangkaian foto yang terlihat usang dan menguning tertempel rapih di album itu. Sebuh foto rumah berukuran besar dengan para anggota keluarganya. Juna sepertinya tertarik dan terus membalik halamannya.

"Ini, foto kakek yang ada di ruang keluarga. Dharmo Putro Adhiwidjoyo. Ekspresi wajahnya tidak berubah." Juna berbicara lirih.

Namanya tersemat dibawah foto itu. Ditulis dengan huruf sambung khas jaman dulu menggunakan pena. Rapih dan indah.

Juna penasaran dan membalik ke halaman berikutnya.

"Ibu Rahayu. Wajahnya juga tidak berubah." Juna masih melihat foto dibawahnya.

"Perempuan bergaun hitam itu." Juna berhenti sebentar sebelum membalik ke halaman berikutnya. Segera dia membalik halaman berikutnya.

Beberapa orang yang tampak asing mengisi lembaran foto di album ini. masih mengenakan pakaian Jawa. di halaman berikutnya.

Betapa terkejutnya Juna saat melihat sebuah foto dihadapannya.

Foto dua orang yang mengenakan pakaian Jawa lengkap berfoto dengan latar belakang rumah besar. Yang satu usianya lebih tua dan yang satu lagi berusia lebih muda. Juna mengenal mereka.

The Nightmare Stories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang