V

62 5 0
                                    

Pic by pixabay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pic by pixabay.com

Tangannya dijulurkan ke arah Juna seperti ingin menggapai. Tidak ada senyum diwajahnya. Juna nampak takut, dan fatalnya dia tidak bisa apa-apa, tepatnya tidak tahu harus berbuat apa.

***

Angin berhembus kencang menimpa tubuh Juna. Teriakannya kuat hingga menggerakan benda-benda yang ada disekelilingnya.

Juna berusaha untuk memejamkan matanya dan berteriak sambil menutupi kedua telinganya, masih berharap jika semua ini mimpi. Rahayu sudah mendekat dan siap mencekiknya. Kedua tangan Rahayu berubah menjadi tangan yang menyeramkan, hitam dan berkuku panjang. Wajahnya menjadi putih pucat dengan kedua mata yang hitam. Giginya bertaring. Rambut dan pakainya lusuh berantakan.

Rahayu menggoncang-goncangkan tubuh Juna ke tembok. Juna tak bergeming.

Hidung Juna mengeluarkan darah. Benturan di kepalanya membuat Juna tak sadarkan diri.

Rahayu melepaskan cengkeraman di bahu Juna. Tubuh Juna terkulai di lantai. Rahayu terdiam menyaksikan bocah malang itu penuh dendam. Rahayu berbalik meninggalkan tubuh Juna dan berjalan perlahan. Kondisinya sudah kembali semula. Cantik. Langkahnya terhenti. Pandangannya melirik ke sudut kanan ruang.

"Apa yang kamu lihat, Dharmi?! Bereskan dia, jangan diam saja disitu!"

Rahayu menatap tajam ke arah perempuan bersanggul dengan surjan kebaya lurik dan mengenakan bawahan kain batik cokelat.

"Baik, Nyai." Perempuan berwajah ketus itu segera berjalan mendekati tubuh Juna yang tergeletak.

"Bawa dia ke ruang utama. Kita harus segera melakukan upacara pembersihan secepatnya. Jangan sampai terlambat. Jika tidak, kamu tahu akibatnya untuk kita 'kan, Dharmi?" Rahayu menatap dingin ke arah Dharmi yang berhenti dihadapannya.

"Kita semua akan mati. Aku berjanji semua itu tidak akan terjadi. Aku akan melakukan apapun untuk keluarga ini, Nyai. Walau nyawaku sendiri taruhannya."

Dharmi memandang wajah Nyai dalam. Rahayu mengangguk, tanda bahwa dia percaya dengan loyalitasnya selama ini. Dharmi kembali berjalan menghampiri tubuh Juna. Rahayu berlalu meninggalkannya dibelakang.

***

Dharmi mengangkat tubuh Juna dengan mudah. Disampirkan dipundaknya. Berjalan menuju ruang utama. Ruang dimana para pemain gamelan ghaib berada. Ruang dimana keluarga besar Juna dahulu melakukan perjanjian dengan para Iblis.

Sebuah dipan persembahan sudah disiapkan. Pada sebuah tembok lukisan Dharmo Putro Adhiwidjoyo masih menggantung. Tidak berubah.

Tubuh Juna dibaringkan di atas dipan tersebut. Sebuah meja kecil disebelahnya tergeletak dua buah keris pusaka dan sebuah kendi.

Alunan gamelan mulai dimainkan. Para pemain gamelan ghaib tersebut masih persis dengan yang ada dilukisan. Memainkan dengan khusyuk walau dengan ekspresi datar. Tubuh mereka tembus pandang.

The Nightmare Stories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang