"Zara sadar nya lama juga ya." Gumam Samuel, sembari berdiri dan bersidekap dada di samping brankar.
"Jangan-jangan Zara udah---"
"Ck, gak usah mulai ngawur lo Caca marica." Ayla mendesah sembari menjitak pelan kepala Caca.
"Kan Caca khawatir tau." Balas Caca memang wajah cemberut nya, dia lalu menatap teman nya itu yang masih belum sadarkan diri. "Kira-kira nasib si kak Tika gimana ya di tangan Kak Zico?" Caca bergidik ngeri saat membayangkan nya.
"Ya kayak yang lo lihat di video Caca." Balas Samuel sembari duduk di samping Vania yang duduk di sofa. Dia lalu menyandarkan kepala nya di pundak gadis itu.
Vania hanya diam dengan pandangan terus pada ponsel. Bagi nya sudah biasa jika Samuel seperti ini. Mungkin karna rumah mereka yang juga berdekatan sehingga sering menghabiskan waktu bersama.
"Salah dia juga tauk. Zara gak ngapa-ngapain malah di bully kayak gitu. Untung tadi Kak Marvel gak ikut nyiksa dia." Ujar Ayla sembari membenarkan letak kacamata nya.
"Gak ada masalah gimana? Jelas-jelas Kak Tika itu suka sama kak Zico, semua orang juga tau kali." Ucap Samuel, sembari melipat tangan nya di dada dan memejamkan mata nya.
"Cinta emang bikin gila." Gumam Vania, dengan pandangan terus pada layar ponsel. Hanya gadis itu yang sejak tadi terlihat lebih tenang, walaupun sebenarnya dia juga tak kalah kahwatir nya.
"Za bangun dong. Lama banget pingsan nya." Caca menyentuh tangan Zara yang di perban. "Gara-gara Ayla nih manggil kak Zico nya tadi lama."
Ayla langsung saja menghadiahi Caca dengan timpukan bantal. "Enak aja lo! Itu udah yang paling cepet Caca marica. Lo pikir gak ngos-ngosan apa lari sepanjang koridor ke kantin." dengus nya kesal.
"Trus salah siapa?"
"Salah lo lah Ca! Bukan nya nolong malah teriak-teriak doang daritadi." Vania mendengus sembari melirik Caca dan mematikan ponsel nya.
"Tuh kan! Emang dasar nya lo yang gak nolong! Bisa nya teriak-teriak doang!" Ujar Ayla seraya mendorong pelan kepala Caca.
"Ck, kan Caca panik tauk! Kalian gak ngelihat sih gimana bringas nya kak Tika tadi nyiksa Zara." Gumam Caca.
Kreek
Pintu uks yang terbuka membuat semua mata tertuju ke ambang pintu tersebut. Samuel spontan merubah posisi nya menjadi berdiri saat melihat siapa yang masuk.
"Eh---bang Zico." Samuel bergumam pelan.
Zico menatap datar pada Samuel, "Zara belum sadar bang. Tapi tadi kata PMR tangan nya udah di perban, jadi aman." Ujar Samuel, saat mengerti akan arti tatapan senior nya itu.
Pandangan Zico teralihkan pada seseorang yang berbaring di atas brankar tersebut. Dia mendekat dan menatap lekat ke mata tertutup gadisnya itu. Pandangan nya turun pada tangan kanan Zara yang di perban.
"Kak Zico kalau gitu kita permisi ke kelas ya kak." Vania bersuara tenang.
Zico mengangguk samar tanpa memutus pandang nya dari kekasih hati nya itu. "Thanks." gumam nya nyaris berupa bisikan.
Vania dan Samuel keluar dari ruangan uks itu lebih dulu. Sementara Ayla menarik tangan Caca cukup kuat saat gadis itu hanya melongo berdiri menatap Zico.
Kini, di ruangan uks itu hanya tinggal Zico dan Zara yang masih belum sadarkan diri. Tangan nya terangkat mengusap puncak kepala gadis itu. Dadanya berdenyut sakit melihat Zara seperti ini, walaupun dia sadar bahwa tak jarang gadis ini juga mendapatkan kekerasan fisik dari nya jika emosi nya sedang tidak terkendali. Tapi percayalah, Zico tidak pernah berniat menyakiti dia hanya berniat melindungi gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2Z Series 1] OBSESSION LOVE (END) (OPEN PO)
Teen Fiction(Open PO dari tgl 18-27 Februari 2021) Bagi Zico, Zara itu yang pertama dan untuk yang terakhir Bagi Zico, hidup nya adalah Zara Bagi Zico, Zara itu hanya untuk nya. Bagi Zico, Zara itu milik nya. Bagi Zico, Zara itu cinta nya. Bagi Zico, Zara itu s...