"Kak---" Zara bersuara pelan, sarat akan kegelisahan.
"Hmmm---"
"Zara mau pulang. Ini udah malam, pasti bunda nyariin." Zara memberanikan diri nya bersuara, karna sejak tadi hanya diam dan mengikuti apa yang Zico inginkan.
"Gak!"
Zara mendesah, sudah sejak tadi cowok itu selalu menjawab hal yang sama. Di lirik nya jam dinding yang ada di kamar tersebut, sudah pukul 7 malam. Dia belum memberitahu bunda nya jika dia tengah berada di sini.
Zara menghela nafas nya dan bergerak gelisah di tempat nya. Dia kini tengah berada dalam kukungan tubuh kekar Zico. Cowok itu tengah bermain PS dengan dia yang duduk di sela-sela kedua kaki Zico yang terbuka, sembari bersandar di dada bidang cowok itu. Sementara sebelah kaki Zico menghimpit sebelah kaki nya. Dan tangan Zico melingkari pinggang nya.
"Jangan bergerak-gerak Zara." Zico menggeram saat Zara terus saja bergerak gelisah, membuat tubuh nya kian bergesekan dengan gadia itu. Jangan salah kan Zico, karna dia adalah cowok normal.
"Zara mau pulang kak, daritadi kak Marvel nelfon, tapi gak Zara angkat. Bunda pasti khawatir." Ujar Zara, saat melihat ada 15 panggilan tidak terjawab dari kakak nya.
Zico hanya diam, tangan nya terus bergerak di atas tombol joystick. Sesekali di kecup nya pipi Zara, jika dia memenangkan game tersebut.
Drttt..
Zara baru saja akan mengangkat telfon tersebut, saat suara dingin Zico mengintruksikan nya untuk berhenti.
"Jangan angkat!"
Zara mendongak menatap Zico, yang pandangan nya lurus pada layar monitor game nya. "Ini---kak Marvel." Cicit nya.
"Aku bilang jangan ya jangan!" Gertak Zico, membuat Zara bergetar ketakutan.
"Tarok hp nya!" Perintah nya dingin.
Zara menatap nanar ponsel tersebut, lantas meletakkan nya di lantai, mengabaikan panggilan telfon dari kakak nya itu untuk kesekian kali nya. Dia lantas menatap bosan pada layar monitor yang menampilkan game tersebut, terlebih dengan tubuh nya yang berada dalam kukungan Zico yang termasuk intim ini. Bahkan cowok itu sesekali akan mencuri kecupan dari nya, hal yang sudah biasa dia alami jika di dekat Zico.
"Kak---hmmpp---" Zara melenguh saat Zico mengecup bibir nya dengan lembut, melumat nya sebentar namun mampu membuat nya meremang.
"Apa sayang?" Tanya Zico, sembari mendekap erat pinggang Zara dari belakang, dagu nya dia letakkan di pundak gadis itu.
"Kak udah dong main nya, dari tadi kakak itu udah menang 7 kali." Ujar Zara, sembari menghentikan tangan Zico yang kembali meraih joystick.
"Kamu hitungin?" Tanya Zico.
"Enggak. Tapi daritadi kak Zico udah ciumin Zara 7 kali." Jawab Zara dengan suara polos nya.
Zico tertawa pelan mendengar jawaban gadis tersebut, dia lantas mengecup gemas pipi Zara yang sedikit berisi tersebut. Tidak berhenti di situ, bibir nya turun mengecup leher putih milik kekasih nya tersebut.
Zara menoleh ke belakang, sembari menjauhkan wajah nya dari serangan ciuman Zico, di tatap nya wajah cowok itu dengan senyuman tipis. "Kak Zico---tadi ketawa?" kata nya.
Zico membalas tatapan Zara, sembari menaikkan sebelah alis nya. "Kenapa?"
Zara mengulum senyum nya lantas menggeleng pelan, "Enggak. Tapi, jarang aja ngelihat kak Zico senyum, apalaagi sampai ketawa." Gumam nya.
Zico terkekeh pelan mendengar gumaman Zara yang selalu terdengar lembut di pendengaran nya. "Kamu mau tau kenapa?"
Zara mengerutkan dahi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2Z Series 1] OBSESSION LOVE (END) (OPEN PO)
Roman pour Adolescents(Open PO dari tgl 18-27 Februari 2021) Bagi Zico, Zara itu yang pertama dan untuk yang terakhir Bagi Zico, hidup nya adalah Zara Bagi Zico, Zara itu hanya untuk nya. Bagi Zico, Zara itu milik nya. Bagi Zico, Zara itu cinta nya. Bagi Zico, Zara itu s...